Friday, December 6, 2013

CERPEN ROMANTIS: Bahasa Cinta (Part 1)

"Sebenarnya bingung. Ini cerita mau di sebut apa?
Di sebut cerpen, kok panjang banget(karena ada beberapa bagian). Kalau naskah novel, kayaknya belum pantes.
Cerbung??? Ehmmm.. Terserah pembaca saja deh yang menilai."
Happy Reading!!!

~~~Bahasa Cinta~~~

Pak Gerry tak menduga sama sekali kalau tamunya pagi itu adalah seorang gadis cantik. Pak Gerry yang umurnya sudah menginjak tiga puluh lima tahun sempat terkesima. Matanya tergoda senyum yang mengembang di bibir sang gadis. Manis sekali senyum itu.

Kulitnya kuning langsat, bertubuh tinggi dan sintal. Sunggu sebuah sosok tubuh yang dikagumi hampir semua pria. Tak ada makeup yang memoles wajahnya. Rambut panjang sebahu yang di biarkan tergerai di pundaknya. Sebuah bando kuning gading melingkar di kepalanya. Warna bando itu seperti di serasikan degan warna blus-nya yang pastel. Dandanan seperti itu menimbulkan kesan anggun bagi penampilannya.

"Saya tertarik dengan lowongan pekerjaan yang Bapak butuhkan lewat Departemen Tenaga Kerja. Untuk itu saya datang melamar." ungkap gadis itu tanpa menunjukan rasa gugupnya.
"O..." Pak Gerry manggut-manggut. "Apa yang anda bidangi?" tanyanya kemudian. Mata nakalnya tak berkedip menatap mata jernih dan indah milik gadis itu.
"Saya tamatan ASRI Yogyakarta, Pak. Di sini saya melamar sebagai Perancang Pertamanan dan Eksterior. Ini berkas lamaran saya. Mungkin Bapak bersedia mempertimbangkannya!" Gadis itu menyerahkan stofmap lamaran kerja.

Semula Pak Gerry meragukan kemampuan gadis itu. Tapi setelah meneliti berkas surat lamarannya, ia kemudian tersenyum senang.

"Yuliani Maharani..." desis lelaki itu. "Efektif sekali Nona menggunakan waktu. Begitu lulus setahun yang lalu, kemudian Nona bekerja di sebuh Real Estate di Yogya. Tapi kenapa berhenti?"
"Habis kontrak, Pak. Tenaga saya hanya dikontrak satu tahun." sahut Yuliani jujur.
"Lalu di Bogor tinggal dengan siapa?"
"Orangtua, Pak."
"O... Jadi Orangtuamu tinggal di Bogor selama ini?"
"Benar, Pak."

Pak Gerry manggut-manggut lagi. "Baiklah... Lamaran Anda saya terima. Di sini juga pakai sistem kontrak. Untuk seorang karyawan baru harus melalui masa percobaan selama tiga bulan. Jika memang mempunyai kemampuan yang saya inginkan, maka saya akan mengangkat Anda sebagai karyawan resmi yang saya kontrak selama tiga tahun. Paham?"

Yulia tersenyum. Namun, di balik senyumannya ada sebuah argumen yang kemudian terucap dengan berani.
"Kalau saya sangat yakin dengan perusahaan Bapak, sebagai developer terkenal dengan usaha real estate yang begitu megah di kawasan ini, kenapa Bapak tidak mau percaya dengan kemampuan saya? Bukankah dalam sertifikat dikatakan saya terpilih sebagai Perancang Pertamanan dan Eksterior terbaik di Jawa Tengah?"

Pak Gerry tertawa lebar. "Benar Nona Yulian. Tapi anda harus tahu kalau sebuah perusahaan mempunyai cara tersendiri dalam menangani karyawan barunya."
"Itu hak Bapak. Tapi saya juga berhak untuk membatalkan lamaran saya jika Bapak masih kurang yakin dengan kemampuan saya."

Pak Gerry terkejut bukan main. Ia tak menyangka kalau di balik senyuman manis itu tersimpan ucapan yang ketus. "gadis seperti apakah dia?" pikirnya.
"Saya tidak menyukai pekerjaan yang masih mengambang. Menurut saya, kepercayaan akan menumbuhkan semangat kerja dan efisien serta tanggung jawab. Sebaliknya, jika bekerja sambil diuji kemampuannya akan menumbuhkan pekerjaan yang di buat-buat." ungkap Yulian tegas.

Belum pernah Pak Gerry menerima seorang karyawan baru yang mempunyai pendirian tegas seperti ini. Apalagi pelamarnya seorang gadis muda seperti Yulian. Tersinggungkah Pak Gerry? Itu sudah pasti.
Lelaki yang terkenal dengan kemampuan keras itu hampir menolak lamaran Yulian. Tetapi setelah dipertimbangkan masak-masak, Pak Gerry memutuskan akan melakukan test awal terhadap Yulian.
Siang itu Yulian diajak Pak Gerry melihat lokasi pembangunan real estate yang sudah mendekati enam puluh persen jadi. Dengan mengendrai BMW birunya, Pak Gerry membawa Yulian keliling kawasan pemukiman mewah itu.

"Lima ratus buah rumah mewah dengan bangunan model mutakhir akan saya bangun di Kecamatan Cisarua yang sejuk ini." beri tahu Pak Gerry seakan memamerkan kekayaannya sebagai seorang developer yang hebat.
"Model Vanca, Bougenvile, Alamanda, Gardena dan Canna memang sedang trend. Apakah Bapak menyukai model itu juga?" sanjung Yulian dalam tanya.
"Ya..." Pak Gerry tersenyum bangga. "Sebenarnya bukan saya saja yang menyukai model itu. Para eksekutif dan orang berduit mendambakan perumahan mewah di daerah sejuk seperti ini. Mereka tak menghiraukan hunian ini jauh dari Jakarta."

Pak Gerry mengendarai mobilnya perlahan sambil melihat-lihat para pekerja bangunan yang sibuk dengan tugas mereka.

"Daerah ini merupakan pilihan yang sangat tepat. Jalan Tol Jagorawi adalahsarana transportasi yang sangat mendukung. Akan sangat hemat waktu untuk pergi ke Jakarta. Bapak tidak salah pilih."
Kembali Pak Gerry tertawa lunak karna sangat bangga.
"Saya ingin menciptakan hunian yang asri bagi kaum eksekutif mda. Sekaligus para orang tua yang ingin menikmati sisa hidupnya bersama keluarga."
"Bapak juga akan menyediakan sarana lain yang menarik?" tany Yulian lagi.
"Tentu. Saya akan membangun sebuah sekolah elite di sini. Juga sarana olahraga, plaza dengan rancangan eksklusif serta taman-taman rumah dan lingkungan yang asri. Dan sudah barang tentu aman karena Satpam akan terus beroperasi selama dua puluh empat jam."
"Hebat sekali." gumam Yulian.

Pak Gerry menhentikan mobilnya di sebuah tanah lapang yang terdapat di tengah lahan real estate.
"Di sini nanti akan saya bangun sebuah taman." katanya. Pak Gerry dan Yulian lalu turun dari mobil.
"Nah, sekarang Nona sudah dapat memikirkan untuk merancang taman yang saya inginkan itu?"

Yulian mendekati lahan itu. Disapunya pandangan sekilas lalu mengambil contoh tanahnya. Tanah itu kemudian di masuka ke kantong plastik.
"Untuk apa?" tanya Pak Gerry ingin tahu.
"Saya ingin tahu jenis tanah ini, supaya saya dapat menetukan jenis tanaman yang cocok untuk menyemarakan taman nanti."
"Saya menginginkan seorang Perancang Taman dan Eksterior yang tangguh dan berbakat. Tentu Nona tahu apa yang saya harapkan bukan?"
Yulian tersenyum lalu berkata "Agar real estate yang bapak bangun ini benar-benar berkenan di hati konsumen."
"Tepat sekali." Sahut Pak Gerry cepat
"Saya telah mempelajari sekilas. Saya sudah tak sabar lagi untuk membuat gambarnya." ujar Yulian.
"Jadi Nona Yulian sudah dapatkan ide?" tanya Pak Gerry tak percaya.

(Bersambung...)
To be Continue...!!!

0 comments:

Post a Comment