• This is Slide 1 Title

    This is slide 1 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 2 Title

    This is slide 2 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

  • This is Slide 3 Title

    This is slide 3 description. Go to Edit HTML and replace these sentences with your own words. This is a Blogger template by Lasantha - PremiumBloggerTemplates.com...

Monday, March 6, 2017

Senja Bridge of Sighs [Sinopsis]


"Di dunia ini tak ada persahabatan yang abadi. Yang ada hanyalah ketika mereka berusaha menjaganya"


Alhamdulillah... Tiada kata yang paling indah selain ucapan syukur kepada Allah SWT. Without You, i'm Nothing ...

Akhirnya novel pertama saya yang berjudul "Senja Bridge of Sighs" telah terbit melalui jalur self publishing. Terimakasih untuk team Nulisbuku atas kerjasama ini.

Novel perdana ini mulai bisa dipesan lewat website nulisbuku. Atau juga melalui saya sebagai penulisnya.

Dengan harga yang cukup murah, senilai Rp 50.000,- . Teman-teman pecinta novel fiksi, romance bisa mengerti apa itu arti sesungguhnya dari Cinta, Persahabatan, dan juga pengorbanan.

Ya... Dengan membaca novel ini, pembaca seakan dibawa masuk untuk memerankan para tokoh dalam novel "Senja Bridge of Sighs"

Novel ini menceritakan persahaban antara Alya, Ken, Dion, juga Novi.
Ketiganya penasaran akan sebuah mitos di kota Vinace, Italia.

Berbagai kisah bahagia hingga derita yang menguras air mata mereka alami bersama dalam membuktikan mitos tersebut.  Hingga kebutaan yang memaksa Alya, harus mengubur impiannya menjadi pelukis terkenal.

Konflik cinta segi tiga antara mereka menambah daya tarik dalam novel ini.

Sebenarnya mitos apa yang berkembang disana hingga membuat mereka harus mengorbankan persahabatan yang sudah lama terjalin?

Lalu, apa yang terjadi terhadap Alya setelah mengalami kebutaan? Dan siapa yang akan dipilih sebagai cinta sejatinya.

Menggunakan gaya bahasa yang ringan, membuat Novel ini menjadi bacaan yang pas untuk menemani waktu luang teman-teman.

Dengan harga yang cukup murah, namun tidak murahan. Tidak akan membuat dompet jebol...

Soooo... Tunggu apalagi, segera order Novel "Senja Bridge of Sighs" !!!!

Caranya mudah, cukup konfirmasi kepada saya. Bisa melalui Facebook, twitter, Email, atau telpon.
Atau klick website nulisbuku!!!

Terimakasih..., Video trailernya nyusul ya. (Masih proses penggarapan)



Tanjung Pinang, 6 Maret 2017

Monday, February 13, 2017

Francesco Totti, Umur Hanyalah Deretan Angka




Tidak mudah menjadi tua. Apalagi ketika muda hidupnya penuh dengan puja dan puji. Tanyakan saja pada Francesco Totti! Di kala karier sepak bolanya mulai memasuki usia senja, Sang Pangeran Roma mulai terasuki mental orang-orang tua yang cenderung mudah mengeluh dan protes. Memang, usianya yang menginjak kepala Empat belum memasuki usia tua. Tetapi di dalam sepak bola, angka tersebut merupakan alarm untuk kariernya sebagai pemain berada di batas akhir.

Musim lalu, Media Italia ramai memberitakan kabar tentang Sang Pangeran yang mulai merajuk. Ia mengeluhkan statusnya di AS Roma, club yang dibelanya sejak belia. Totti dikabarkan kesal dengan minimnya kesempatan bermain. Pekan demi pekan Serie-A bergulir, Totti sekedar melewatkan pertandingan dengan hanya duduk gelisah di bangku cadangan. Hingga pergantian pelatih dari Rudi Garcia ke luciano Spalletti pun tak mengubah banyak. Situasinya tetap sama.

Berikut foto-foto ekspresi Francesco Totti ketika berada di bench


 





Karena yang mengeluh adalah simbol, maka keluhan pun menjadi ramai. AS Roma gempar, Romanisti pun terbelah. Membela Totti atau Pelatih? Bahkan Presiden Klub AS Roma, James Pallotta merasa perlu berbicara untuk meredakan situasi. Dan tentu saja, Klub lebih utama, sehebat apapun seorang pemain.

"Saya terkejut dengan reaksi Francesco. Saya tidak mengharapkan itu, tapi saya dapat memahaminya. Dia pemain besar, Superstar. Tetapi pilihan pelatih adalah fundamental, bahwa tim lebih utama ketimbang pemain." ujar Sang Presiden.

Di tempat lain, musim 2015/2016, kita tidak lagi melihat Steven Gerrard berseragam Liverpool. Pemain berusia 35 tahun tersebut memilih untuk meninggalkan The Reds yang sudah dibelanya sejak 1987 (akademi), atau 1998 saat menjadi pemain profesional. Gerrard memilih untuk meanjutkan karier bersama kesebelasan asal Amerika Serikat, Los Angeles Galaxy.

Berakhirnya loyalitas Gerrard bersama Liverpool pun dibarengi dengan berakhirnya pengabdian Xavi Hernandez bersama Barcelona. Xavi, yang pertama kali masuk akademi Barca pada 1991, meninggalkan Blaugrana untuk membela kesebelasan asal Qatar, Al Sadd.

Tak bisa dimungkiri, iming-iming pendapatan yang berlimpah di usia senja tentu menjadi pertimbangan penting bagi Gerrard dan Xavi. Di usia mereka yang sudah semakin renta sebagai pemain, tidak banyak kemungkinan mendapatkan penghasilan besar. Mereka memang pemain top, tapi di usia yang sudah tidak muda lagi, mereka tak bisa diharapkan bermain terus-menerus dalam iklim kompetisi yang ketat dan padat.

Tapi hengkangnya Gerrard dan Xavi dari kesebelasan yang membesarkan namanya bukan menjadi pertanda bahwa loyalitas seorang pesepakbola telah mati di era modern ini. Di ibukota Italia, terdapat seorang pemain yang masih mengedepankan loyalitas di atas segalanya. Ya, loyalitas, itulah yang selama ini dipegang teguh Francesco Totti bersama AS Roma. Meskipun saat ini kerap menjadi penghias bangku cadangan.

Pada musim ini, AS Roma boleh saja mempunya sederet pemain depan yang bisa menjadi andalan, seperti Edin Dzeko, Salah, El Sharawi, hingga Perroti. Tapi, ada atau tidaknya mereka, Totti tetaplah Totti, pemain dengan tingkat loyalitas tinggi. Untuk urusan skill mengolah bola, Totti masih dalam keadaan prima meski ia kini berusia 40 tahun. Visi bermainnya, tendangan akuratnya, operan-operan terukurnya, eksekusi penalti, dan pergerakannya untuk membuka ruang masih bisa diandalkan.




 

Musim 2016/2017 menjadi musim yang ke-25 Totti bersama AS Roma. Pencapaian ini melewati pencapaian Ryan Giggs (Manchester United), Bob Crampton (Blackburn Rovers), Konstantin Lyaskovskiy (CSKA Moskow), Paolo Maldini (AC Milan), Max Morlock (FC Nuremberg), Ted Sagar (Everton), dan Humood Sultan (Muharraq Club), sebagai pemain dengan one-club men terlama kedua sepanjang sejarah sepakbola.

Untuk menjadi pemain one-club men terlama sepanjang sejarah, Totti membutuhkan dua musim lagi untuk membela AS Roma. Saat ini, rekor terlama dipegang oleh Sait Altinordu yang membela kesebelasan Turki, selama 27 tahun pada 1929 hingga 1956.




Lantas, bisakah Totti melakukannya? Jika ia konsisten pada apa yang pernah ia ungkapkan pada 2013 lalu, Totti bisa saja memecahkan rekor tersebut. Empat tahun lalu, setelah mencetak gol ke 225-nya di Serie A yang menyamai rekor Gunnar Nordahl, ia mengatakan akan coba memecahkan rekor 274 gol legenda Italia, Silvio Piola.

"Melewati Piola? Saya akan pensiun jika saya berhasil melakukannya," ujar Totti saat itu.

Lantas bagaimana dengan kabar yang beredar bahwa ini adalah musim terakhir Sang Pangeran? 

"Adalah ambisi terbesar saya untuk selalu terikat dengan warna ini (Roma). Saya tetap akan mendukung Roma di dalam lapangan, di bench, maupun di tempat mereka yang sedang atau akan mengenakan seragam ini. Saya selalu berhasrat dan memimpikan yang terbaik untuk tim ini," papar Totti.

Maka pertanyaan ‘kapan Totti pensiun?’ menjadi pertanyaan yang sulit ditemukan jawabannya. Karena berdasarkan pernyataannya di atas, selama Totti masih bisa berlari dan dibutuhkan oleh Roma, Totti tetap akan menjadi penggawa Roma dan tak akan mengakhiri kariernya sebagai pesepakbola meskipun kontraknya bersama Roma akan berakhir pada musim ini.

"Saya lahir untuk bermain sepakbola dan akan mati dengan melakukan hal yang sama. Maka tidak dapat dimungkiri, bahwa saya akan terus berada di permainan ini, melakukan sesuatu dan berbicara tentang sepakbola. Saya akan 'melempar handuk' jika saya jika saya mulai sering melakukan kesalahan demi kesalahan," ucap Totti kepada GQ.

Hingga akhirnya ...

Dengan yang namanya waktu, manusia tak bisa berbuat banyak. Betapa kita ingin membuatnya terasa lebih lambat atau lebih cepat, ia tetap berjalan sebagai mana mestinya. Yang bisa kita lakukan hanyalah menikmati setiap detiknya.

Saat sesuatu yang sudah lama dinikmati sudah hampir habis, wajar kalau kita merasa gelisah. Tidak rela kehilangannya.

Perasaan gelisah itu pula yang mungkin sedang meliputi sebagian besar (kalau tidak bisa dibilang semua) Romanisti. Termasuk Saya yang memang seorang Romanisti. Awalnya pun, Saya menjadi Romanisti Karena beliau, Sang Pangeran Ibukota.

Mereka sadar kalau ia, sang pangeran yang sudah dua dekade lebih mengabdi pada satu nama, sudah mendekati senjanya. Ia, Francesco Totti, sudah termakan waktu.
 
Musim ini Totti berusia 40 tahun. Usia yang uzur untuk seorang pemain sepakbola.

Berbanding terbalik dengan angka di usianya yang menanjak, jumlah penampilan Totti di atas lapangan menurun. Sangat wajar memang. Apalagi melihat nama-nama yang kini mengisi barisan depan AS Roma. Ada Mohamed Salah serta Edin Dzeko yang kini menjadi andalan.

Saat Serie A 2015/2016 bergulir, sudah ada indikasi dari Rudi Garcia kalau kaptennya itu akan mulai diatur jumlah penampilannya. Baru di pekan ketiga Garcia menurunkan Totti.

Sampai liga berjalan enam pekan, Totti baru tampil tiga kali. Penampilan terakhirnya di laga melawan Carpi (26/9/2015), satu hari sebelum ulang tahunnya, Totti cuma tampil sekitar sembilan menit. Masuk menggantikan Dzeko di babak kedua, Totti kemudian ditarik keluar lagi karena mengalami cedera tak lama setelah terlibat dalam gol Salah. Di Liga Champions matchday 1 musim lalu, Totti juga hanya menyaksikan rekan-rekannya melawan Barcelona dari bangku cadangan.

Dari peran Totti yang mulai tereduksi itu, fans Roma seperti dibiasakan untuk MELIHAT AS ROMA TANPA TOTTI. Mungkin seperti itulah rasanya saat Totti sudah gantung sepatu.

Romanisti pun mulai gelisah, mungkin memang saat itu sudah dekat. Mungkin inilah kali terakhir sang pangeran mengenakan jubahnya.

Pertanda tersebut salah satunya dirasakan oleh Marcelo Lippi. Mantan pelatih timnas Italia yang bersama Totti meraih gelar juara Piala Dunia 2006 itu merasakan ada kesedihan dari kapten Roma itu. Lippi menyaksikannya saat Totti mencetak golnya yang ke-300 untuk Roma ke gawang Sassuolo pekan lalu. Lippi merasakan ada 'kesedihan' di balik perayaan yang sederhana itu. Usai mencetak gol, Totti hanya membentangkan kedua tangannya lalu memberi salam ke tribun penonton di mana dua anaknya --Cristian dan Chanel-- merayakan gol ayahnya.

"Saya ada di Olimpico menonton Roma melawan Sassuolo dan melihat Totti mencetak golnya yang ke-300. Ada perayaan di mana anak-anaknya, yang juga datang menonton, diliputi kebahagiaan. Tapi saya merasakan kesedihan dalam dirinya. Ada sedikit (kesedihan) mengelilingi Francesco saat ini." ujar Lippi.

"Saya tidak tahu apakah ini karena dia tidak banyak dimainkan belakangan ini, atau mungkin dia mulai mengerti bahwa dia menuju akhir dari karier fantastisnya."

Totti menuju akhir kariernya memang tak bisa dibantah. Tapi melepas Totti bagi Romanisti bukan perkara mudah. Ia bukan sekadar pemain atau kapten. Totti adalah simbol. Simbol kesetiaan dan cinta pada klub. Roma tanpa Totti tentu belum terbayang.

Membayangkan rasa kehilangan itu saja pasti sulit untuk fans Roma. Maka tak heran kalau mereka rasanya ingin memutar kembali waktu atau melambatkannya demi melihat Totti lebih lama bersama serigala-serigala Roma.

Tapi itu jelas tidak mungkin. Yang bisa dilakukan hanyalah menikmatinya. Perkara apakah ia akan gantung sepatu di akhir musim, itu nanti saja dipikirkannya. Mari nikmati setiap momennya di atas lapangan. Nikmati setiap aksinya. Nikmati setiap golnya. Nikmati setiap perayaannya. Apapun itu. Nikmati selagi ia masih beraksi.

NIKMATILAH SETIAP DETIKNYA...!!!!!!!!


Mohon koreksinya dari para pembaca semua jika terjadi kesalahan penulisan.



Ditulis dari berbagai sumber : #Detik #Kompas #Tribun #GoaldotCom #Soccer #Bola #IUR





Tanjung Pinang, 13 Februari 2017

 
Februari lalu, media Italia ramai memberitakan kabar tentang sang pangeran yang mulai merajuk. Dia mulai mengeluhkan statusnya di AS Roma, tim yang dibelanya sejak belia. Totti diberitakan kesal dengan minimnya kesempatan bermain nya. Pekan demi pekan Serie A bergulir, Totti sekadar melewatkan pertandingan demi pertandingan dengan duduk gelisah di bangku cadangan. Pun, ketika posisi pelatih berganti dari Rudi Garcia ke Luciano Spalletti, situasinya tetap sama. Sang pelatih lebih suka memainkan pemain muda macam Stephan El Shaaraway, Diego Perrotti atau Mohammed Salah.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5269ca47a
Tidak mudah menjadi tua. Apalagi bila ketika muda hidupnya penuh dengan puja-puja. Tanyakan kepada Francesco Totti. Di senja kala karier sepak bola nya, Sang pangeran Roma yang kini berusia 39 tahun, mulai terasuki mental orang-orang tua yang cenderung mudah mengeluh dan protes sana-sini. Memang, usia 39 tahun itu belum termasuk kategori tua. Tetapi di sepak bola, usia 39 tahun adalah usia tua. Senja.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5
Tidak mudah menjadi tua. Apalagi bila ketika muda hidupnya penuh dengan puja-puja. Tanyakan kepada Francesco Totti. Di senja kala karier sepak bola nya, Sang pangeran Roma yang kini berusia 39 tahun, mulai terasuki mental orang-orang tua yang cenderung mudah mengeluh dan protes sana-sini. Memang, usia 39 tahun itu belum termasuk kategori tua. Tetapi di sepak bola, usia 39 tahun adalah usia tua. Senja.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5269ca47a
Tidak mudah menjadi tua. Apalagi bila ketika muda hidupnya penuh dengan puja-puja. Tanyakan kepada Francesco Totti. Di senja kala karier sepak bola nya, Sang pangeran Roma yang kini berusia 39 tahun, mulai terasuki mental orang-orang tua yang cenderung mudah mengeluh dan protes sana-sini. Memang, usia 39 tahun itu belum termasuk kategori tua. Tetapi di sepak bola, usia 39 tahun adalah usia tua. Senja.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5269ca47a
Tidak mudah menjadi tua. Apalagi bila ketika muda hidupnya penuh dengan puja-puja. Tanyakan kepada Francesco Totti. Di senja kala karier sepak bola nya, Sang pangeran Roma yang kini berusia 39 tahun, mulai terasuki mental orang-orang tua yang cenderung mudah mengeluh dan protes sana-sini. Memang, usia 39 tahun itu belum termasuk kategori tua. Tetapi di sepak bola, usia 39 tahun adalah usia tua. Senja.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5269ca47a
Tidak mudah menjadi tua. Apalagi bila ketika muda hidupnya penuh dengan puja-puja. Tanyakan kepada Francesco Totti. Di senja kala karier sepak bola nya, Sang pangeran Roma yang kini berusia 39 tahun, mulai terasuki mental orang-orang tua yang cenderung mudah mengeluh dan protes sana-sini. Memang, usia 39 tahun itu belum termasuk kategori tua. Tetapi di sepak bola, usia 39 tahun adalah usia tua. Senja.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5269ca47a
Tidak mudah menjadi tua. Apalagi bila ketika muda hidupnya penuh dengan puja-puja. Tanyakan kepada Francesco Totti. Di senja kala karier sepak bola nya, Sang pangeran Roma yang kini berusia 39 tahun, mulai terasuki mental orang-orang tua yang cenderung mudah mengeluh dan protes sana-sini. Memang, usia 39 tahun itu belum termasuk kategori tua. Tetapi di sepak bola, usia 39 tahun adalah usia tua. Senja.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5269ca47a
Tidak mudah menjadi tua. Apalagi bila ketika muda hidupnya penuh dengan puja-puja. Tanyakan kepada Francesco Totti. Di senja kala karier sepak bola nya, Sang pangeran Roma yang kini berusia 39 tahun, mulai terasuki mental orang-orang tua yang cenderung mudah mengeluh dan protes sana-sini. Memang, usia 39 tahun itu belum termasuk kategori tua. Tetapi di sepak bola, usia 39 tahun adalah usia tua. Senja.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5269ca
Tidak mudah menjadi tua. Apalagi bila ketika muda hidupnya penuh dengan puja-puja. Tanyakan kepada Francesco Totti. Di senja kala karier sepak bola nya, Sang pangeran Roma yang kini berusia 39 tahun, mulai terasuki mental orang-orang tua yang cenderung mudah mengeluh dan protes sana-sini. Memang, usia 39 tahun itu belum termasuk kategori tua. Tetapi di sepak bola, usia 39 tahun adalah usia tua. Senja.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5269ca47a
Tidak mudah menjadi tua. Apalagi bila ketika muda hidupnya penuh dengan puja-puja. Tanyakan kepada Francesco Totti. Di senja kala karier sepak bola nya, Sang pangeran Roma yang kini berusia 39 tahun, mulai terasuki mental orang-orang tua yang cenderung mudah mengeluh dan protes sana-sini. Memang, usia 39 tahun itu belum termasuk kategori tua. Tetapi di sepak bola, usia 39 tahun adalah usia tua. Senja.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5269ca47a
Tidak mudah menjadi tua. Apalagi bila ketika muda hidupnya penuh dengan puja-puja. Tanyakan kepada Francesco Totti. Di senja kala karier sepak bola nya, Sang pangeran Roma yang kini berusia 39 tahun, mulai terasuki mental orang-orang tua yang cenderung mudah mengeluh dan protes sana-sini. Memang, usia 39 tahun itu belum termasuk kategori tua. Tetapi di sepak bola, usia 39 tahun adalah usia tua. Senja.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5269ca47a


Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5269ca47a
Tidak mudah menjadi tua. Apalagi bila ketika muda hidupnya penuh dengan puja-puja. Tanyakan kepada Francesco Totti. Di senja kala karier sepak bola nya, Sang pangeran Roma yang kini berusia 39 tahun, mulai terasuki mental orang-orang tua yang cenderung mudah mengeluh dan protes sana-sini. Memang, usia 39 tahun itu belum termasuk kategori tua. Tetapi di sepak bola, usia 39 tahun adalah usia tua. Senja.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5269ca47a


Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/hadi.santoso/totti-tua-yang-tak-pernah-padam_5718479b1d23bdf5269ca47a

Thursday, January 26, 2017

Senjaku Menyimpan Duka

Mengenalmu, aku menemukan sesuatu dalam dirimu yang buatku nyaman. Tak terasa, beberapa bulan ini kulalui dengan indah, tanpa sehari pun terlewati untuk sekedar bertanya “Apa kabar?”

Entahlah… Sampai saat ini pun aku tak bisa mendefinisikan semua ini. Yang pasti ada rasa sayang meski tak terkata, rasa cemburu meski tak terucap, bahagia, curiga, dan selayaknya pasangan kekasih.

Yang berbeda adalah tak pernah ada kata-kata jadian ke luar dari mulut indahmu, walaupun telah beberapa kali aku mengungkapkan perasaanku padamu.

Kadang ingin kutanyakan perasaanmu yang sesungguhnya. Namun aku takut semua berubah. Rasa takut kehilangan apa yang telah susah payah kubangun bersamamu.

Meski aku sadar, pohon waktu semakin tinggi, bukan saatnya lagi berdiam dalam hubungan yang abu-abu. Namun sekali lagi, aku takut menanyakan ini padamu. Aku membiarkan semua pertanyaan dalam benakku menguap begitu saja.

Aku mengikuti setiap irama yang kau ciptakan dalam hubungan ini. Yah, walaupun kamu cenderung diam dan cuek. Namun aku selalu berusaha memahamimu. Selama kita bisa berkomunikasi dengan baik, segala perbedaan dan jarak, nyaris tak terasa.

Aku paham caramu membalas pesan BBM kadang lama, paham betapa cueknya kamu dengan orang-orang yang baru sepertiku ini. Aku akui, Kamu bisa care sama aku, hanya untuk berbagi saja, aku bahagia.

Dan saat aku tahu bahwa cinta ini tak terbalas. Aku hanya merasakan kegetiran yang datang menyelimuti di dalam kegundahan hati. Tak bisa kusentuh, tak bisa kurengkuh, tak bisa kupeluk, dan tak bisa kusapa. Aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Aku hanya bisa sebatas Mengagumimu. Bahkan untuk cemburu pun, aku tak berhak.

Apakah kamu tau bahwa aku menyimpan rasa ini untukmu? Apakah kamu tau cinta yang ada di dalam hati ini tercipta untukmu. Banyak hati yang menghampiri, banyak cinta yang datang. Namun hanya satu tujuan cintaku. Hanya satu yang aku harapakan. Hanya satu rasa sayang yang kupersembahkan.

Mungkin kau tak pernah sadar, Tapi Allah tahu. Rasa yang kusimpan baik-baik ini, jauh di relung hati. Membawa sejuta cinta untukku. Kau membuat aku gila, membuatku mencoret-coret buku yang tak tentu. Semua itu kulakukan hanya untuk menghilangkan rasa cemburu yang bergejolak dalam hatiku.

Apakah aku terlalu Bodoh, karena Aku masih saja mengharapkan cintamu …? Aku pun tak memahaminya. Cukuplah hanya aku dan Allah yang tahu.

Kelak, bila suaraku tak lagi kau dengar di rabun malam, di jalan-jalan sebelum menempuh kota, hanya kan terlihat para pengemis kecil meringkuk, meminta bulan jatuh, atau bintang untuk selimut dari takdir yang menggigil.

Dan aku…
Adalah penyair yang gagal untuk membaca peta di hatimu. Atau bila puisi-puisiku tak lagi menggetarkan jiwamu karena sepanjang waktu kau lewati.

Hanya lagu-lagu muram, senandung bocah kehilangan angan. Kehilangan rumah dan harapan, tergadai dalam rusuh dan keruh. Maka kata-kata adalah sebuah serpihan sisa yang teronggok di pinggir jalan.

Saat kesepian saja bisa kau baca, mungkin aku, atau syair-syairku tengah berjalan ke dalam kelamnya malam. Kucoba untuk tahu diri. Kucoba untuk tak sakit hati. Ku sadar engkau adalah wujud dari keindahan, sedangkan aku hanyalah perwujudan dari gelapnya bayang-bayang.

Walau cinta ini menyakitkan. Tapi bagai candu yang tak bisa kulepaskan. Kutahu kini engkau telah bersanding dengan sang mentari. Ku sadar kini engkau dikelilingi bintang-bintang yang menari indah, sedangkan aku hanya ibarat kunang-kunang yang hanyut dalam pandangan. Hanya dapat menatapmu dari kejauhan. Berusaha terus bersembunyi dari tajamnya tatap matamu yang laksana sinar, menghapus kegelapan.

Aku sadar, aku mengerti, aku memahami, dan aku tahu diri. Sekuat apapun kulawan, hati ini tetap terus bergumam. Menyanyikan lagu-lagu rindu, mengirim isyarat pada sang jiwa.

Kucoba sembunyikan sayap-sayap yang terus mengepak di dalam dadaku. Ku coba membelenggu hati yang selalu ingin terbang menuju hatimu. Bukan karena aku tak ingin, bukan pula karena aku tak mampu. Tapi aku tahu diri, siapalah aku ini.

Mungkin di waktu ini sinarnya lebih menyilaukan di matamu, di bandingkan dengan sinar redupku. Tapi, aku janjikan satu hal padamu, ketika sinar yang membutakanmu itu pergi dan hilang. Ku kan muncul dari gelapnya bayang-bayang dunia yang kurajut untuk menuju hatimu yang mungkin kan menangis pilu di waktu itu.
Membawa setitik cahaya yang lebih terang dari pada sinar mentari, yang telah melupakanmu. Karena, cahaya itu adalah hatiku.

Tapi sebelum saat itu tiba, aku kan setia menunggumu di sini. Dalam dunia bayangan yang kuciptakan sendiri. Berteman rasa sakit dan rindu yang terus menghujam hati. Dari kejauhan ini, hanya bisa kubisikan kata lirih yang tak mungkin dapat kau dengarkan.

Kini, engkau tak perlu menjauh dariku. Karena aku tahu cara melangkah untuk mundur dari kehidupanmu dengan lapang dada.
Aku hanya berharap engkau bisa menghargai seseorang yang tulus kepadamu, walaupun perasaan itu tak kamu balas. Dan janganlah pernah kamu menyesali apa yang telah kamu lakukan. Serahkan semuanya pada Tuhan yang Maha Kuasa.

Tanjung Pinang, 26 Januari 2017.

Tanpa USG, Cara ini Dapat Memprediksi Jenis Kelamin Janin

Banyak cara yang dipercaya bisa memprediksi jenis kelamin bayi anak yang dikandung. Ada yang menebak dari makanan yang dikonsumsi si ibu, benarkah?
Ada beberapa faktor yang bisa digunakan untuk mendeteksi jenis kelamin bayi seperti dikutip dari situs TheConversation pada Sabtu (21-1-2017)

1. Hormon

Penelitian telah menunjukkan, paparan zat yang mengganggu sistem hormonal, termasuk polutan beracun buatan manusia, mengakibatkan kenaikan kelahiran bayi perempuan.

Ini sesuai dengan teori yang menyebutkan janin laki-laki memiliki kelemahan hidup pada saat lingkungan stres luar biasa.

Masih belum jelas apakah konsentrasi testosteron tinggi pada ibu berperan dalam proses ini (jenis kelamin laki-laki). Hal ini juga belum pasti apakah situasi sosial, ekonomi, dan politik yang merugikan menghasilkan tingkat androgen yang lebih tinggi pada ibu.

2. Diet

Pengaruh diet terhadap jenis kelamin keturunan juga banyak diperdebatkan. Studi pada hewan pengerat dan mamalia telah menunjukkan kemungkinan bayi yang lahir laki-laki lebih tinggi dari ibu sehat yang cukup makan.

Pada manusia, proporsi laki-laki yang lahir lebih tinggi apabila asupan energi yang tinggi sebelum kehamilan.

3. Tekanan darah

Sebuah penelitian terbaru menemukan hubungan antara tekanan darah dan jenis kelamin bayi. Penelitian dilakukan pada 1.411 wanita Cina yang baru saja menikah sekitar 26 minggu sebelum konsepsi. Wanita kemungkinan akan melahirkan anak laki-laki jika tekanan darah sistoliknya lebih tinggi.

Tekanan darah sistolik sebelum kehamilan adalah satu-satunya prediktor independen memiliki bayi laki-laki.

Namun, ada baiknya untuk rutin ke dokter supaya bisa mengetahui jenis kelamin calon anak Anda.

#Liputan6.Com

Tanjung Pinang, 26 Januari 2017