Thursday, January 26, 2017

Senjaku Menyimpan Duka

Mengenalmu, aku menemukan sesuatu dalam dirimu yang buatku nyaman. Tak terasa, beberapa bulan ini kulalui dengan indah, tanpa sehari pun terlewati untuk sekedar bertanya “Apa kabar?”

Entahlah… Sampai saat ini pun aku tak bisa mendefinisikan semua ini. Yang pasti ada rasa sayang meski tak terkata, rasa cemburu meski tak terucap, bahagia, curiga, dan selayaknya pasangan kekasih.

Yang berbeda adalah tak pernah ada kata-kata jadian ke luar dari mulut indahmu, walaupun telah beberapa kali aku mengungkapkan perasaanku padamu.

Kadang ingin kutanyakan perasaanmu yang sesungguhnya. Namun aku takut semua berubah. Rasa takut kehilangan apa yang telah susah payah kubangun bersamamu.

Meski aku sadar, pohon waktu semakin tinggi, bukan saatnya lagi berdiam dalam hubungan yang abu-abu. Namun sekali lagi, aku takut menanyakan ini padamu. Aku membiarkan semua pertanyaan dalam benakku menguap begitu saja.

Aku mengikuti setiap irama yang kau ciptakan dalam hubungan ini. Yah, walaupun kamu cenderung diam dan cuek. Namun aku selalu berusaha memahamimu. Selama kita bisa berkomunikasi dengan baik, segala perbedaan dan jarak, nyaris tak terasa.

Aku paham caramu membalas pesan BBM kadang lama, paham betapa cueknya kamu dengan orang-orang yang baru sepertiku ini. Aku akui, Kamu bisa care sama aku, hanya untuk berbagi saja, aku bahagia.

Dan saat aku tahu bahwa cinta ini tak terbalas. Aku hanya merasakan kegetiran yang datang menyelimuti di dalam kegundahan hati. Tak bisa kusentuh, tak bisa kurengkuh, tak bisa kupeluk, dan tak bisa kusapa. Aku hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Aku hanya bisa sebatas Mengagumimu. Bahkan untuk cemburu pun, aku tak berhak.

Apakah kamu tau bahwa aku menyimpan rasa ini untukmu? Apakah kamu tau cinta yang ada di dalam hati ini tercipta untukmu. Banyak hati yang menghampiri, banyak cinta yang datang. Namun hanya satu tujuan cintaku. Hanya satu yang aku harapakan. Hanya satu rasa sayang yang kupersembahkan.

Mungkin kau tak pernah sadar, Tapi Allah tahu. Rasa yang kusimpan baik-baik ini, jauh di relung hati. Membawa sejuta cinta untukku. Kau membuat aku gila, membuatku mencoret-coret buku yang tak tentu. Semua itu kulakukan hanya untuk menghilangkan rasa cemburu yang bergejolak dalam hatiku.

Apakah aku terlalu Bodoh, karena Aku masih saja mengharapkan cintamu …? Aku pun tak memahaminya. Cukuplah hanya aku dan Allah yang tahu.

Kelak, bila suaraku tak lagi kau dengar di rabun malam, di jalan-jalan sebelum menempuh kota, hanya kan terlihat para pengemis kecil meringkuk, meminta bulan jatuh, atau bintang untuk selimut dari takdir yang menggigil.

Dan aku…
Adalah penyair yang gagal untuk membaca peta di hatimu. Atau bila puisi-puisiku tak lagi menggetarkan jiwamu karena sepanjang waktu kau lewati.

Hanya lagu-lagu muram, senandung bocah kehilangan angan. Kehilangan rumah dan harapan, tergadai dalam rusuh dan keruh. Maka kata-kata adalah sebuah serpihan sisa yang teronggok di pinggir jalan.

Saat kesepian saja bisa kau baca, mungkin aku, atau syair-syairku tengah berjalan ke dalam kelamnya malam. Kucoba untuk tahu diri. Kucoba untuk tak sakit hati. Ku sadar engkau adalah wujud dari keindahan, sedangkan aku hanyalah perwujudan dari gelapnya bayang-bayang.

Walau cinta ini menyakitkan. Tapi bagai candu yang tak bisa kulepaskan. Kutahu kini engkau telah bersanding dengan sang mentari. Ku sadar kini engkau dikelilingi bintang-bintang yang menari indah, sedangkan aku hanya ibarat kunang-kunang yang hanyut dalam pandangan. Hanya dapat menatapmu dari kejauhan. Berusaha terus bersembunyi dari tajamnya tatap matamu yang laksana sinar, menghapus kegelapan.

Aku sadar, aku mengerti, aku memahami, dan aku tahu diri. Sekuat apapun kulawan, hati ini tetap terus bergumam. Menyanyikan lagu-lagu rindu, mengirim isyarat pada sang jiwa.

Kucoba sembunyikan sayap-sayap yang terus mengepak di dalam dadaku. Ku coba membelenggu hati yang selalu ingin terbang menuju hatimu. Bukan karena aku tak ingin, bukan pula karena aku tak mampu. Tapi aku tahu diri, siapalah aku ini.

Mungkin di waktu ini sinarnya lebih menyilaukan di matamu, di bandingkan dengan sinar redupku. Tapi, aku janjikan satu hal padamu, ketika sinar yang membutakanmu itu pergi dan hilang. Ku kan muncul dari gelapnya bayang-bayang dunia yang kurajut untuk menuju hatimu yang mungkin kan menangis pilu di waktu itu.
Membawa setitik cahaya yang lebih terang dari pada sinar mentari, yang telah melupakanmu. Karena, cahaya itu adalah hatiku.

Tapi sebelum saat itu tiba, aku kan setia menunggumu di sini. Dalam dunia bayangan yang kuciptakan sendiri. Berteman rasa sakit dan rindu yang terus menghujam hati. Dari kejauhan ini, hanya bisa kubisikan kata lirih yang tak mungkin dapat kau dengarkan.

Kini, engkau tak perlu menjauh dariku. Karena aku tahu cara melangkah untuk mundur dari kehidupanmu dengan lapang dada.
Aku hanya berharap engkau bisa menghargai seseorang yang tulus kepadamu, walaupun perasaan itu tak kamu balas. Dan janganlah pernah kamu menyesali apa yang telah kamu lakukan. Serahkan semuanya pada Tuhan yang Maha Kuasa.

Tanjung Pinang, 26 Januari 2017.

0 comments:

Post a Comment