Monday, April 14, 2014

Rindu Hujan

Kau tahu kenapa lelaki itu merindukan
hujan? Karena siang yang dilewatinya
begitu gerah, memaksanya mengusap peluh bercampur debu dari jalanan riuh tempatnya berdiri.
Siang yang membuatmu merasa
nyaman berteduh di ruang-ruang ber AC untuk sekedar nonton TV.

"Betapa sejuk hari yang kau lewati siang itu".

Itulah kenapa ia begitu menikmatinya, ketika rinai hujan membasahi rambut, wajah bahkan tubuh telanjangnya yang kering.

Rintiknya yang turun dan membelainya
dengan lembut, membuka ingatannya pada
masa-masa kecil yang terbiasa berlari tanpa mengenal beban. Tak peduli pada ibu yang melarangnya karena khawatir.

Terus saja ia berlari di bawah guyurannya, melompat, bergulung pada tanah basah yang berlumpur.
Menyiprati tubuhnya tanpa merasa bersalah. Bermain-main kepada petir, mengejar dan menghindarinya dengan hanya sedikit rasan takut kilat bisa menyambar tubuh mungilnya. Ia menikmati permainannya, menari bersama imajinya.

"Betapa rindunya kita, kau dan aku menikmati dunia kecil itu"

Lelaki itu merasa sepertinya hidup telah
mempermainkannya. Apa yang dikejar telah pula menghindar darinya. Ia mencoba menjauh, bergulung pada garis tangan yang ia genggam, sesekali menari tak peduli pada luka yang menyipratinya. Hingga ia benar-benar tahu kekhawatiran ibunya dulu membuat ia sadar tentang sebuah kesalahan dan mengajarinya tentang pinta dan
kerelaan.
Ia kembali mengagumi hujan, meski
rinainya yang lembut sepertinya mulai
marah dan berani menumbangkan pohon-
pohon yang menggelayut kering yang mulai beradu tempat dengan gedung tinggi dan menara-menara sombong. Ia tak berani berbalik marah. "Barangkali memang bukan salah hujan".
Barangkali pula hujan yang turun
membasahi tanah, rintik rinainya yang jatuh akan memberikan kabar gembira dan meleburkannya pada masa-masa yang ia rindukan.

Sekedar berharap ia bisa melihat warna pelangi usai rinainya turun, dari bias
cahaya yang membelok membentuk busur pada langit yang membiru. Menjadikannya anak panah yang melesat mengejar spektrum warna mimpi-mimpinya.

0 comments:

Post a Comment