Tuesday, May 6, 2014

Ketika Kau dan Aku Bicara Rindu

Semua selalu tentang kita....

Tentang Kau dan Aku yang membayang
genggam, tentang Kau dan Aku yang selalu bicara rindu.
Adakah waktu mengerti tentang temu?
Atau adakah jarak mengerti tentang
rindu?

Ini tentang kita yang saling menguatkan.
Bukan dengan genggaman atau tatapan
tapi justru dengan rindu. Aku dan Kau
terjebak dalam ruang ruang kosong dimana tak satu pun pintu terbuka untuk
mempertemukan dua hati yang disatukan
senja.

Kata-kata yang tak bosan kukirimkan padamu, hanya salah satu dari banyak cara untuk membiarkan rindu ini berteriak bebas. Pun detik-detik yang
berlalu diantara perbincangan kita hingga
dini hari itu, entah mengapa masih saja
belum bisa mengurangi lantangnya jeritan
rindu.

Dan lagi, kita membuktikan bahwa jarak
tak selamanya menenggelamkan dekat. Kau dan Aku justru menyulam dekat dari jarak yang demikian pekat. Mengapa harus ada air mata rindu jika rindu ini justru melahirkan bahagia? Usahlah lagi kurasa, kuulang betapa aku merindukanmu. Kata-kata telah luruh di antara rasa yang demikian tak bisa digambarkannya.
Kau dan Aku selalu saling menitipkan rindu pada semesta. Karena terkadang hanya dengan demikian rindu kita entah mengapa terasa melipat jarak.

Aku harus mengakui, Aku mengingkari
kata-kataku sendiri. Dulu aku pernah
berkata bahwa pembunuh cinta paling
kejam adalah jarak. Namun apa dayaku
ketika kau menjadikan jarakku denganmu
sebagai penumbuh cinta paling indah?

Tak dapat kupungkiri, kekasih mana yang tak merindukan sorot mata pasangannya saat tak saling menatap? Kekasih mana yang tak merindukan senyum hangat pemilik hatinya ketika wajah tak lagi dapat terlihat? Ini lagi yang tak dapat aku dustakan dengan diriku sendiri. Namun rindu kembali membuktikan kekuatannya.

Ternyata tanpa sorot mata yang saling
menatap dan senyum yang saling
menghangatkan satu sama lain, rindu
berkuasa menyuburkan rasa. Kau dan Aku larut dalam dekap hangat rindu berusaha tak memenjarakan diri diantara ragu dan pikiran-pikiran tak menentu.
Kita akan selalu saling menggenggam bukan? Meski tak pernah secara fisik, namun siapa yang bisa melepaskan eratnya hati yang saling menggenggam?

Ada hati yang lebih paham tentang rasa yang menolak pergi, ada hati yang lebih erat membekap diri dari rindu yang tak ingin lenyap.

Ini ketika Kau dan Aku bicara rindu.

Tapi alhamdulillah yah, kini Aku dan Kamu sudah resmi menjadi sepasang suami-istri, dan kita mampu membuktikan kalau jarak bukan halangan untuk cinta kita berdua. :*   :*

0 comments:

Post a Comment