Saat ku mengambil baju di sebuah lemari yang berada di kamarku, tak sengaja aku menjatuhkan sehelai kertas yang terselip di antara tumpukan koleksi bajuku.
Kertas itu turun perlahan mengikuti gerakan angin di ruangan ini.
Kupungut kertas itu, lalu ku perhatikan sesaat apa yang tertulis di sana.
Deggg... jantung ini berdegup lebih cepat dari biasanya setelah tahu kalimat yang tertulis di sana.
Surat Tiga Tahun yang lalu.
Dalam gelisah hati yang gundah, aku diam sendiri merenungi yang kini telah terjadi diantara kita berdua. Semua mimpi yang pernah ada telah musnah segalanya akibat kesalahanku sendiri. Karena kini kita telah berpisah... tinggalkan diriku sendiri.
Malam yang semakin sepi...
Aku hadapi semua kenyataan ini...
Dapatkah aku simpan kerinduan...
Harusku akui betapa dalam rasa cintaku padamu, salahkah bila aku berharap kembali cinta yang telah usai???
Ingin ku lupakan semua cinta...
Tapi mengapa ku tak kuasa...
Ingin ku menghindari bayangmu..
Tapi mengapa selalu datang saja...
Mengapa wajahmu selalu menyiksa jiwa. Entah aku harus tersenyum atau menangis atas semua yang ku alami ini???
Aku hanya mampu menerima kerinduan yang terus menyayat hati.
Duri-duri menancap di celah-celah hati, tuk hadirkan dirimu akan datang dan katakan padaku bahwa ia pun rindu...
Seandainya kau tahu isi hatiku...
Tersenyum, sedih atau terharukah aku saat ini?
Yang jelas aku merasakan ada rasa hangat mengalir di kedua pipiku.
Bagaikan mengulang sebuah pertunjukan opera melalui kepingan DVD, di mana aku menjadi pemain utama.
Ahhh... mengharukan sekali.
*Hey... buat kamu yang di sana, yang akan selalu hidup di dalam hati ini, yang merasa telah menuliskan kalimat itu.
Terimakasih banget, karena dengan adanya dirimu dulu. Aku bisa menjadi diriku saat ini.
0 comments:
Post a Comment