Aku selalu memanggilmu, gadis yang
datang dari kenangan. Selalu tersenyum
kala pikiran goyah, lalu membisikkan
kata-kata yang membuatku kuat.
Berabad-abad akan selalu kuingat
bisikanmu. Aku selalu menunggumu, gadis yang datang dari kenangan. Di tepi jalan itu, di bawah hujan yang murung dan senja yang bergetar. Jalanan sepi, dan langkah kecilmu perlahan menghampiri. Sebuah payung berwarna biru muda kau pegang di tangan kananmu.
Aku selalu bercanda denganmu, gadis yang datang dari kenangan. Bicara tentang nyiur angin di sawah. Berkhayal tentang masa depan di bawah malam buta. Merencanakan petualangan seru yang akan kita arungi berdua. Hanya berdua.
Dan di bawah rembulan, kita selalu bicara tentang cinta yang ringan dan mudah kita pahami. Aku selalu menggenggam jemarimu, gadis yang datang dari kenangan. Angin perlahan berbisik mesra.
Jalanan yang penuh daun gugur.
Langkahmu sesekali menginjak dedaunan
hingga timbulkan bunyi yang renyah dan
nyaring. Itulah bunyi yang kau suka.
Sementara takhenti alunan nyanyian
bunga-bunga mengalun dari mulut kita.
Waktu perlahan menuju tua, seperseribu
detik menuju senja. Masihkah kau
mengendap dalam kenangan?
Aku selalu merindukanmu, gadis yang
datang dari kenangan. Perlahan air mata
menetes, mengenangmu. Karena
mengenangmu adalah candu yang tak bisa
ku enyahkan. Aku harus menelan luka jika ingin kutuntaskan segala kenanganmu.
Aku selalu menrindui mu, gadis yang datang dari kenangan. Selalu kucari jejak
peradaban kita dalam setiap helai udara
yang kuhirup.
0 comments:
Post a Comment