Saturday, May 3, 2014

Gadis Perindu

“Kenapa kau tak datang
sore ini?” kau mendesah di balik
kaca jendela kamarmu.

Air mukamu pias. Pandanganmu sayu
menatap langit sore yang begitu
riang menyapamu. Kontras dengan matamu yang menyimpan kelabu.
Bukannya aku tak tahu jika kau sangat merindukanku. Aku tahu itu, bahkan sangat tahu.

Bayangkan saja, kau berkali-kali
meminta kepada Tuhan agar aku
datang padamu. Tapi kau tahu,
semua itu butuh proses dan harus
melewati perjalanan yang
panjang. Aku tak bisa begitu saja
muncul di hadapanmu, seperti
saat kau menelpon Egas, mantan
kekasihmu itu, untuk datang
menjemputmu ketika kau selesai
mengikuti les piano.

Dulu, kau begitu acuh
padaku. Kau biarkan aku
mengintip kemesraanmu dengan
Egas dari balik jendela restoran
kala itu. Aku cemburu! Dan kini,
setelah Egas meninggalkanmu,
kau baru sadar dengan
kehadiranku yang katamu
membawa selaksa kenangan
untukmu. Meski begitu,
percayalah! aku takkan bisa
membencimu.

“Datanglah, kumohon! Jika sore ini tak bisa, aku mohon datanglah malam ini,” pintamu lagi.

Aku tak yakin bisa datang
menemuimu. Bersabarlah! Ini
masih bulan Maret, kan? Entahlah,
mungkin setengah tahun lagi aku
baru bisa menyapamu. Itu pun
jika Tuhan berkehendak.

Langit mulai menghitam. Suhu bumi turun dan menyisakan angin dingin. Tak kusangka, Tuhan mengabulkan doamu. Ya, jika Dia sudah berkehendak,
semuanya tak ada yang mustahil,
termasuk menemuimu di musim
seperti ini.
Dia lantas memerintahku untuk segera
memulai perjalanan untuk menemuimu. Diangkatnya sekumpulan air laut hingga
membentuk awan cumulus nimbus. Tak berapa lama, aroma petrichor menguar diiringi dengan gelegar petir untuk memberi tanda padamu bahwa sebentar
lagi aku akan hadir.

“Hujan!!” Kau memekik girang lalu berlari keluar rumah.
Kau bentangkan tanganmu lebar-
lebar untuk memelukku.

“Terimakasih Tuhan kau telah
datangkan hujan malam ini, karena hanya lewat hujanlah aku bisa mengenang Egas yang kini
sudah ada di pelukanmu,” ucapmu
dengan senyum mengembang.
Senyum yang sudah entah berapa
lama hilang dari wajahmu.

Ah, akhir perjalananku yang indah. Semoga kau tak bosan untuk kembali menungguku.

Related Posts:

  • Puisi MalamMalam temani aku dan hatiku Gelap mengapa kau menatapku Kelam janganlah coba mencuri dengar Cukup aku, malam dan hatiku Gelap pergilah berhenti menatapku Kelam tak usah kau berharap akan berita Biarkan aku, malam dan hatiku G… Read More
  • Met Ultah, Vi...Untuk kali ini saja. Di tepat tengah malam ini, 23 Maret 2014. Izinkan aku mengucapakan selamat ulang tahun buat kamu. Izinkan aku kembali mengenangmu. Izinkan aku kembali mengingatmu. Izinkan aku kembali merasakan hadirmu. D… Read More
  • Alhamdulillah...Alhamdulillah... Jum'at Berkah... Aku mengawali hari ini, 28 Maret 2014 dengan limpahan air yang mengguyur bumi. Dengan ucapan selamat dari teman-teman terdekat, tak lupa juga dari beberapa teman dunia maya, seperti tahun-tah… Read More
  • Gejolak Rasa (Ah Ya Sudahlah...)Pagi pagi ini, aku datang menyambut alam lebih awal. Ada perasaan yang kurang nyaman dalam hati. Tadinya hanya kunamakan ini gejolak rasa. Terkadang memang jadi berlebihan ketika masa itu. Namun entahlah jadi seperti mengganj… Read More
  • Senja Dalam PenaDalam langkah kecil, seorang anak malu-malu. Menunduk penuh arti, dalam balutan senja yang tenang dan damai sore itu. Tangannya mendekap erat sebuah buku harian kecil berwarna cokelat dengan balutan pita berwarna putih di cov… Read More

0 comments:

Post a Comment