Pages - Menu

Friday, January 17, 2014

Senja di Kota Mati

Udara kini berubah di kota mati.
Seperti kisah masa lalu. Kini membisu.

Sialan.
Sebuah lagu terputar di handphone
kunoku. Lagu yang sudah setahun belakangan ini kuhindari.
Iya, lebih baik kuhapus saja dari dulu, tapi entah setan mana yang selalu
membuatku mengurungkan tekad.

Setan?
Hih, rupanya aku masih saja percaya pada setan.
Dia pernah bilang, terkadang playlist dalam mode acak lebih mengerti kita daripada diri kita sendiri. Yah, lagu yang terputar secara acak bisa menyindir kita secara tidak langsung.

Konyol, aku bilang saat itu. Mana
bisa ada kebetulan setepat itu. Tapi, saat ini ku akui dia benar.
Oh maaf, dia memang selalu benar.

Dia… sebut saja Tiara. Ah,
Tiara.

"Apa kabar kamu sayang? Lama tak melihat senyummu, cantik."

Kamu, mimpiku di masa lalu. Alasan kenapa aku harus berjuang demi ada di sampingmu.

Demi melihat ceriamu setiap hari.

Demi kamu mau berbagi tawa denganku.

Karena hanya dengan begitu aku mempunyai warna.
Berbeda dengan hidupku yang selama ini
abu-abu.

"Kamu tau itu kan sayangku?"

Apa kamu dengar bisikanku pagi itu? Iya... yang kubisikkan dengan malu-malu di telingamu.

”Aku sayang kamu, aku mau kita
selalu kayak gini ya.” Kamu terdiam sejenak, menoleh padaku dan memberikan senyum kecil pertanda setuju. Lekas saja kubalas dengan menggenggam kelingking tanganmu
lebih erat dan melanjutkan lari pagi kita
yang sempat tertunda.

Tuhan, aku tidak pernah sebahagia ini.
Semua berakhir di sini. Tempatku mulai bermimpi.

Masih menari di sini,Langkahmu yang telah pergi

Cih,,, harusnya aku sadar, dunia tidak pernah sebaik itu padaku.
Kutarik nafas panjang dan mulai menyalakan batang rokok yang kesekian.

Asbak penuh itu sudah cukup menjelaskan apa yg kulakukan berjam-jam di sini. Hanya diam dan mengingat kamu.

Mengeruk kembali semua kenangan indah kita berdua. Bermain lagi dengannya hingga tanpa sadar aku telah membuka kembali luka yang belum sembuh benar.

Semuanya indah hingga senja itu. Kamu
tiba-tiba datang dan mengetuk pelan kamar kosku. Pelan aku terbangun dan mencoba membuka pintu dengan susah payah. Kamu bicara pelan dan sedikit terisak. Aku belum bertanya ada apa tapi kamu mulai berbicara dalam rangkaian kata yang pedih.

”Aku capek Dim. Aku capek nungguin kamu. Aku sayang kamu, tapi kenapa kita nggak pernah ada kepastian. Sebenernya kita ini lagi apa. Kamu bilang kamu sayang aku juga, tapi kenapa kita cuma temenan."

"Sorry, Dim, aku nggak bisa kayak dulu lagi. See you..."

Nanar aku menatap Tiara,

"Kamu kenapa Ra?." 

Belum sempat aku bertanya,
kamu sudahi saja percakapan pahit senja itu dan melangkah pergi menjauh.

Inginku mengejar, namun entah kenapa aku lebih memilih diam dan menyalakan sebatang rokok.

Rokokku biasanya sedap, kenapa yang ini tidak?

Waktu datang dan menjelaskan semuanya dengan lebih baik.
Kukira hanya dengan mengucap

"Aku sayang kamu, dan berharap akan selalu begini."

Kukira kamu sudah nyaman dan menganggap kita lebih dari teman.

Seperti apa yang orang lain bilang
‘pacar’.
Ternyata kamu menginginkannya
dengan cara yg lebih formal. Menunduk dan berkata,

"Kamu mau jadi pacarku?"

Bah,.. Tiara yg selama ini kutau sangat lugas dan idealis, ternyata menyukai sinetron juga.

Kenapa kamu tidak bilang, sayangku?

Tidak ada yang memberi tahuku bila ini
sudah terlambat. Kucoba menghubungi Tiara kembali.

Tak ada yang ia hiraukan. Selalu
ada alasan kenapa Ia tak bisa menemuiku.

Sabar aku mencoba mengurai benang kusut ini. Benang kusutku terurai sejelas-jelasnya ketika aku melihat Tiara bergandengan mesra dengan seorang lelaki,

Randy namanya.
Sudah seminggu mereka berpacaran, begitu kata kabar yg berhembus.
Tiara dijodohkan dengan Randy. Tidak ada penjelasan lain.

Hatiku mati di sini...
Terdiam dan tak mengerti...
Sayang... sudah sampai sini sajakah kisah kita???

Aku bahkan seperti belum memulai
kisahku denganmu secara formal.
Iya, seperti yang kamu mau kan.

Kurasa aku sudah mengerti seluruhnya tentang kamu, tapi ternyata ada celah-celah tersembunyi yang aku tak pernah tau.
Maafkan aku Tiara..,
Aku terlalu sok tau memang...

Tiara kamu merusak senjaku.
Kamu tau kan dalam 24 jam waktu berputar, aku selalu menyukai senja.

Tuhan memberi lukisan alam yang menakjubkan di saat itu. Semburat
warna jingga membaur dengan polosnya biru muda.

Memberi penyegar pikiran setelah
penat dengan berbagai aktivitas dalam sehari.

Walau tidak sedang cerah, senja selalu
membuatku kagum dengan caranya sendiri.

Senja selalu menjadi obat yang paling
mujarab setelah kehadiranmu. Kini kamu tak di sampingku dan senjaku juga telah rusak.

Aku bisa apa.???
Sudah lama cerita itu usai. Tapi senyummu yang terpatri dalam ingatanku tak pernah
memudar.

Tetap cemerlang dan tak berkurang sedikit pun.
Pun begitu rasa rinduku ini.

Rinduku, bukan rindu kita lagi.
Dan kota ini, kota yang kamu kenalkan padaku ini, hanyalah seperti kota mati.
Bagiku, masih bertahan sisa-sisa mimpiku di kota ini.

3 comments:

  1. keren mas Iwan, tapi panjangggg bacanya :D

    ReplyDelete
  2. Senja Di Kota Mati ~ Coretan Pena Iwantotti >>>>> Download Now

    >>>>> Download Full

    Senja Di Kota Mati ~ Coretan Pena Iwantotti >>>>> Download LINK

    >>>>> Download Now

    Senja Di Kota Mati ~ Coretan Pena Iwantotti >>>>> Download Full

    >>>>> Download LINK

    ReplyDelete