Pages - Menu

Sunday, October 4, 2015

I Will Always Love You




Cinta, seperangkat rasa yang membalut berbagai ekspresi hati yang tengah merajalela, mengalahkan bentuk lain dari kasih sayang. membentuk lekuk senyuman yang terkadang menyulitkan kegilaan tidak masuk akal, kebutaannya dapat mengikis habis benteng harga diri yang dijunjung tinggi, menyapu bersih debu kehidupan insan yang kesepian.

Hadirnya memancarkan satu sinar terang di tengah badai, mengubah 7 lapisan warna pelangi menjadi satu warna “merah muda”. ya, hanya merah muda warna yang berserakan di cawan hatiku. Cinta itu bersemi untuk pertama kalinya, mendarat tepat di hutan pedalaman yang belum tersentuh satu injakan kaki pun, rimbun, banyak semak belukar tak terurus. dan kini, sosok petualang itu datang, menjelajahi pelosok hutan sanubari dengan membawa cinta di genggamannya, cinta yang membabi buta ilalang liar yang lama bersemayam di kalbu, tapi kini berhasil ia tumpas habis membuatnya terlihat lebih terang tanpa kesan menyeramkan.

Dia menjadi milikku, mungkin itu hanya rengekan anjing liar yang tak pernah didengar, bahkan terlalu mengganggu. kehadiranku mungkin hanya sebatas parasit dengan besar harapan dia yang menjadi inangnya. inang yang siap ku curi separuh hidupnya untuk hidupku, inang yang bersedia menghabiskan seluruh waktunya untuk terus berada di dekatku. mungkin ini pemikiran dangkal, tapi jika keajaiban waktu itu datang, sudah pasti ruang kosong yang kubiarkan selama ini akan terjejal padat oleh kehadirannya.

Namanya Lia, Wanita sederhana yang mempunyai seringai senyum mematikan, dengan kelihaiannya dia merangkai kata di atas kertas putih dengan goresan tinta yang tertuang dan mulai merasuk membentuk satu gambaran kebahagiaan.
Cinta, ya, ini cinta pertama yang ku dalami kenyataannya, cinta pertama yang melibatkan semua unsur yang ku punyai, cinta pertama yang membuatku kehilangan akal sehatku, dan cinta pertama yang berani mengajakku terbang melayang menikmati imajinasi tentang dirinya.

Virus merah muda ini berhasil memalingkan hak pandangku dan menyeretnya untuk tertuju pada lekuk manis wajahnya saja, mendarah daging menjadi karya seni tiga dimensi yang terpajang rapi di dalam memory.
Sayang, yang ku punya hanya sayap seekor ayam, kalaupun berancang-ancang jauh, tetap kapasitas terbangku nihil, aku tetap jatuh kembali ke permukaan. Khayalanku terlalu tinggi, sampai untuk membayangkannya saja aku tidak mampu. Bidikan jitu yang tepat, sekarang hatiku benar benar melelehkan darah kebencian, terus mengalir tidak akan berhenti sampai dia sendiri yang membalutnya.

TEGA, mungkin kata itu yang menjadi perwakilan rasa sakitku, setelah dia memutuskan mengajakku berlayar menjelajahi lautan, di tengah jalan dia terjun dan berenang meninggalkanku, badai datang dan aku sendiri di atas perahu yang terombang-ambing hantaman ombak yang teramat dahsyat. Bahkan, bukan hanya air yang menghujaniku tapi petir pun menyambar telingaku. Aku terbuai dalam selimut ketakutan, takut untuk mencoba menepi dengan melakukan hal yang sama, aku tidak bisa berenang dan mungkin ada ikan buas yang menerkamku.

Cinta ini terus ku percaya, kekuatannya meneguhkan kakiku untuk tetap berdiri, harapan akan dia kembali begitu besar kurasakan. Walau pegal kesemutan, panas hujan menghantam, tapi tidak secuilpun merubah rasa yang terlanjur bermekaran.
Tidak peduli skandal itu telah mencakar dan mengoyak hatiku, tidak peduli dia hanya menganggapku hama yang menghambat dan mengganggu keindahannya. Meski begitu, aku tidak peduli. Inilah aku, seorang Pria yang mempunyai perasaan luar biasa padanya, seorang Pria yang berharap dia menyadari dan menyesali penghianatannya. Penghianatan yang benar-benar mengubah warna merah muda cinta dengan hitam pekat kebencian.

*****



4 tahun aku bertahan dengan tongkat penopang sebagai tumpuan untuk berusaha bangkit dari tendangan yang memaksaku terperosok jatuh ke dalam jurang dendam yang dalam dan kekal.
Sadarkah kau, rasa cinta itu masih ku simpan rapi sebagai kenangan akan sosokmu yang mengerikan, sosok pria dengan racun kedustaan yang siap menumpas segala bentuk kebenaran dan menjadikannya rapuh tidak berpengaruh.
Aku belum menyerah, karena itu aku akan selalu mencintaimu, membuka lebar pintu kesempatan kedua dengan penyambutan hangat untuk memberimu kesempatan merasakan betapa indahnya rasa cinta yang ku miliki untukmu.


Tanjung Pinang, 04 Oktober 2015



No comments:

Post a Comment