Pages - Menu

Thursday, August 14, 2014

Penantian, Hujan, dan Pelangi.

Dalam sepotong sore di bawah
gelitikan hujan yang menyerbu, tawa tercipta di tengah gemuruh nada hujan yang sendu. Menunggu berhenti hujan, menghentikan dingin yang menyerbu dengan senyum hangatmu yang kunikmati adanya.
Kau bercerita, seolah hanya aku dan kamu yang akan tau apa maknanya. Kau menghadirkan kisah-kisah yang kau ceritakan padaku setelah hujan berlalu. Kau ceritakan, diam-diam kau taruh harapan di setiap hujan datang, agar setelah hujan hilang, harapanmu datang dengan sebuah
pelangi yang begitu indah...
Aku juga ingin seperti itu, menaruh harap pada hujan yang mencipta pelangi yang indah, seperti kini, aku menaruh harap setelah ketidak jelasan ini, kau akan ceritakan kejelasan indah akan apa yang namanya cinta, dan kejelasan akan kata bahwa “Cinta tak arus saling memiliki...”

“Sampai kapan kamu akan
menunggu hujan?” Tanyaku.
“Aku tidak tau.”
“Kenapa kamu suka hujan?”
“Nada titik hujan di atas atap terasa seperti seruling alam yang
mengantar dalam tidur panjang.
Melodi hidup, aku menyebutnya
seperti itu. Saat semua ketenangan bisa kudapatkan tanpa harus memikirkan apa pun.” Jelasnya panjang lebar.
Aku hanya diam. Tak lama Bayu
bertanya padaku.

“Apa kau suka hujan?”
“Tidak.” Kataku sambil berdiri
menatap rintik hujan yang belum
reda.
“Kenapa?”
“Aku tidak suka hujan, hanya saja
aku suka pelangi.”
“Tapi, kau harus menikmati hujan
sebelum menemukan pelangi.” Katanya.
“Aku tidak mau.”
“Lalu untuk apa kamu disini?”

Sejenak aku diam, memikirkan
jawaban yang kian sangat berat
kuucapkan, beberapa detik dalam
keheningan, aku menjawab...

“Untuk mu...”
Ia memelukku dengan eratnya. Tawa kami terlepas disana. Namun tetap sesak masih menyergap. Percakapan kami tak berakhir disana.
Kuambilkan secangkir teh hangat
untuk kami.

“Aku paling suka teh buatanmu.”
Bayu berkata.
“Apa bedanya memang? Ayolah
sudah kamu tidak usah berkata
seperti itu!”
“Memang benar, di dalamnya ada
beribu kemanisan cinta kan?” Katanya sambil tersenyum.
“Kamu berani berkata cinta? Ah
gombal!” Timpal ku.
“Kamu kan wanita yang selalu ada
saat keadaan apapun aku, bukan?”
Dia tersenyum, sembari merangkulku. Aku pun tertawa
bersamanya. Entahlah, ini benar
atau salah, tapi Bayu memang selalu seperti itu. Kami selalu seolah berkata tentang cinta, menghabiskan waktu bersama, namun tak selalu...
Ada kalanya, Bayu menggenggam
jemari kekasihnya, Hanny, sahabat
baikku.

Aku dan Bayu berteman sejak kecil, suatu hari ku kenalkan ia dengan Hanny yang juga sahabatku. Dan kini mereka adalah sepasang kekasih.
Bayu sangat mencintai Hanny,
begitupun sebaliknya.

Aku mencintai Bayu? Atau sebaliknya???

Bagaimana cinta sebenarnya? Mungkinkah cinta Bayu terbagi, sedang ia hanya punya satu hati.

“Heh Bill!”
Aku terbangun dari lamunanku.

“Eh iya!??”
“Kamu melamun?”
“Tidak.”
"I love you Billa, itu cukup enak
untukmu?”
Love you too.”

Tawa kami memecah hujan yang
masih lebat. Entah tawa pertanda
apa. Kami selalu mengumbar kata
cinta, namun, kosong, tak berisi
apapun disana.

Tak lama, suara handphone Bayu
memecah tawa. Terlihat satu panggilan masuk dari Hanny Mustika, Bayu langsung menjawabnya.

“Hallo sayang...”
“Eh ada apa?” Tanya Bayu.
“Besok pagi kita jadi bertemu?”
Sebelum menjawab pertanyaan
Hanny, Bayu menatapku, dan aku
menyuruhnya meng-iyakan ajakan
Hanny.

“Iya sayang..”
“Aku tunggu di taman jam 8 ya
sayang”
“Iya, I love You Hon...
Love you more, Bay...”

Bayu menutup telfonnya dan
menatap kepadaku.

“Mengapa wajahmu seperti itu?” Tanyanya.
“Tidak.”
“Kamu cemburukan? Tenang, aku cuma sayang sama kamu kok Bill”
“Ah kamu.”
“Aku pulang ya Bill? hari sudah
petang”
“Boleh aku meminta sesuatu?”
“Apapun Bil.”
“Aku tidak mau sendiri.”

Bayu hanya tersenyum, ia mengerti maksudku. Aku tak ingin ia pulang.
Aku ingin ia menemaniku sampai
aku terlelap. Entah mengapa, tapi
aku sangat percaya, ia tak akan
berbuat apapun kepadaku. Aku
tertidur dalam dekapnya malam itu.
Dalam lelap, aku masih bisa
mendengar suaranya dan kecupan
dia di keningku.

“Selamat tidur bidadari cantik, I Love You...”

Kala terbangun, Bayu sudah tak
ada dalam mendekapku. Aku
mencarinya, ia sudah rapi, dan wangi kala itu.

“Baru bangun Non?”
“Kenapa kamu tak membangunkan
aku?”
“Kamu tertidur sangat pulas.”

Aku membuka jendela..
“Hujan belum berhenti Bay? Kamu
tetap mau pergi?”
“Iya.. Hanny pasti menungguku.”

Aku...? ah... sesak itu menyergap, ya aku cemburu... Tapi, aku sadar di sisi lain aku berdosa, mengkhianati sahabatku sendiri.

“Billa... cepat mandi!”
“Bay, apa aku bersalah?”
“Bersalah apa maksudmu?”
“Kau kekasih sahabatku sendiri, tapi aku…”

Bayu memotong ucapanku.
“Ssst.. bicara apa kau ini? Ayo cepat mandi!”
Sambil tersenyum aku tetap merasa berdosa.
Aku akhirnya bersiap untuk
mengantar Bayu menemui Hanny
diam-diam tanpa Hanny tahu.

Kami berangkat, hujan masih lebat dari semalam, dalam perjalanan, aku berkata.

“Hujan tak juga reda.”
“Ya... ini suasana paling indah.” katanya.
“Apa ini berarti tak akan ada pelangi? atau aku harus menunggu
lebih lama lagi?”
“Haha kamu lucu Bill. Aku tak akan
membiarkan kamu menunggu lebih lama lagi.”

Dia mengusap kepalaku. Aku benci
menunggunya, seperti menunggu
sebuah pelangi yang tak kunjung
datang.

“Sudah sampai Bill, apa aku harus
kesana menemuinya?” Tanyanya
ragu.
“Kamu mencintainya bukan?”
“Kamu tidak cemburu?”
Aku hanya tersenyum. Dan aku harus menunggu, lagi.

Bayu keluar membawa payung,
disana terlihat Hanny yang sudah
basah kuyup menunggu Bayu.
Mereka berbincang dalam hujan, ku lihat Bayu mengeluarkan sesuatu, sebuah cincin. Ia melamar Hanny.

Aku teriris. Aku berfikir untuk apa
aku disini? Untuk Bayu? Untuk
kekasih milik orang lain? Aku
menulis sepucuk surat untuknya.

Aku merasa, tak akan kutemukan pelangi dalam hujan kali ini. Aku tak mengerti dengan cinta. Terutama cinta yang selalu terucap oleh mulutmu namun hampa. Aku bingung menafsirkannya.
Bagaimana jika benar aku mencintaimu??? Namun kamu bersamanya??? Aku akan pergi.
Dalam hujan ada nada sendu untuk ku kenang kamu. Dalam hujan berbisik senandung liar 1001 cerita tawa tentangmu. Dalam hujan, kuselipkan harapan, seperti kamu... Berharap pelangi datang dan aku berhenti menunggu...
I Will Miss You Bayu...

Aku pergi. Entah kemana. Mungkin
menunggu. Ke tempat yang tak akan Bayu temukan. Setelah pernikahan mereka, mungkin aku baru akan pulang.

Di tengah perjalanan, aku tak bisa melihat jelas karena hujan. Dari belakang, ternyata sebuah mobil menabrak seluruh ragaku dari belakang. Entah apa yg aku rasa setelah itu.

Aku bangun, masih di tempat tadi,
tak kurasakan sakit sedikit pun.
Ragaku masih utuh seperti tadi.
Hujan sudah reda, kulihat sebuah
pelangi indah di depan mataku.
Indah sekali. Aku sudah lama
menunggu. Aku ingin mencari Bayu, berteriak membagi tawa, ada pelangi kini.

Kulihat Bayu masuk ke apartemen
ku. Aku mengikutinya. Aku
memanggilnya, namun ia tak
menjawabku. Aku menemukannya di kamarku. Wajahnya sendu, entah apa yang terjadi.

“Bayu... lihat!!! hujan sudah reda,
pelangi Bay pelangi...”

Ia seakan tak mendengarku, ia hanya melihat sekeliling kamarku dengan wajah penuh sesal.
”Bayu... Jawab aku Bay...!!! Ayo kita
lihat pelangi!”

Ia tak menghiraukan aku, aku pun
pergi ke dapur untuk melihat
keadaan disana. Tapi tak ada yang
terjadi. Kulihat Bayu pergi keluar,
aku pun menyusulnya dan berteriak.

“Lihat Bay itu pelangi!"
Tapi Bayu hanya berjalan, entah
kemana. Aku mengikutinya dari
belakang. Ia pergi ke sebuah
pemakaman, membawa setangkai
bunga mawar. Sebuah nisan yang
tanahnya masih merah, masih
bertabur bunga segar, seperti baru
kemarin. Ku dekati, ku coba bertanya padanya.
“Bayu?”
Ia menoleh kali ini. Namun bukan
kepadaku. Ia hanya menganggap
suaraku angin berhembus kala itu.
Kudekati ia lagi, namun Bayu pergi. Aku penasaran, siapa makam itu?
Aku semakin dekat dan membaca
nama yang ada di nisan itu. Aku
tersentak, aku tak percaya dengan
apa yang aku baca. Namaku!!?
Namaku yang terukir disana. Sontak bola mataku teriris. Hujan kembali turun. Aku berlari menyusul Bayu, dan disana ada Hanny serta kedua orangtuaku.

“Mah? Pah? Hanny? Kalian bisa
mendengarku bukan?”

Aku menangis, kucoba memeluk
mereka namun ragaku menembus
mereka. Kudengar Bayu bercerita.

“Bu, maaf Bayu tidak bisa menjaga
Billa dengan baik”
“Ini takdir Bay.”
“Sebenarnya apa yang terjadi Bay?
apa???” Hanny bertanya
“Kemarin saat kita bertemu di
taman, sebenarnya Billa ada di
dalam mobil, tetapi ia pergi dan
meninggalkan sepucuk surat ini!”

Hanny membaca surat itu lalu
menangis.

“Aku jahat Bay... seharusnya aku tau Billa mencintaimu."
“Ia pergi, dan sebuah mobil
menabraknya karena kemarin hujan lebat. Pulanglah Hanny!”

Bayu kembali ke makam yang
bertuliskan namaku. Ia membawa
sepucuk surat, lalu pergi.

Kini kutemukan lengkung senyummu dalam warna indah pelangi. Kau tak perlu menunggu Bill, karena aku selalu disini. Cinta... Jika kau bertanya, kau kan tahu jawabnya. Itu aku dan kamu maka akan jadi kita...
Bidadari cantik... Kini aku yang akan menunggu. Bertemu bersamamu dalam keabadian. Tanpa batas waktu.
Dalam hujan, disana ada 1001 cerita, tawa kenangan aku dan kamu. Kau nada sendu hujan yang tak hentinya aku dengar...
Love You More Billa...
Bayu...

Ku baca, ku kenang... Kudengar nada rindu dalam hujan... Sepotong senja yang berulang kali kunikmati bersamamu. Kini aku tau pelangiku tak pernah jauh dariku. Itu kamu.

Aku selalu punya pelangi dalam
setiap peluhku. Aku sudah
menunggu. Dan kini kamu yang
menunggu. Kita harus saling
menanti untuk saling menggenggam jemari. Aku ingin menikmati sepotong senja bersama bau tanah basah sepeninggal hujan bersama
kamu, Seperti kanvas putih yang
terwarna homogen indah... Bayu...

:'( :'( :'(

No comments:

Post a Comment