“Kenapa kau tak datang
sore ini?” kau mendesah di balik
kaca jendela kamarmu.
Air mukamu pias. Pandanganmu sayu
menatap langit sore yang begitu
riang menyapamu. Kontras dengan matamu yang menyimpan kelabu.
Bukannya aku tak tahu jika kau sangat merindukanku. Aku tahu itu, bahkan sangat tahu.
Bayangkan saja, kau berkali-kali
meminta kepada Tuhan agar aku
datang padamu. Tapi kau tahu,
semua itu butuh proses dan harus
melewati perjalanan yang
panjang. Aku tak bisa begitu saja
muncul di hadapanmu, seperti
saat kau menelpon Egas, mantan
kekasihmu itu, untuk datang
menjemputmu ketika kau selesai
mengikuti les piano.
Dulu, kau begitu acuh
padaku. Kau biarkan aku
mengintip kemesraanmu dengan
Egas dari balik jendela restoran
kala itu. Aku cemburu! Dan kini,
setelah Egas meninggalkanmu,
kau baru sadar dengan
kehadiranku yang katamu
membawa selaksa kenangan
untukmu. Meski begitu,
percayalah! aku takkan bisa
membencimu.
“Datanglah, kumohon! Jika sore ini tak bisa, aku mohon datanglah malam ini,” pintamu lagi.
Aku tak yakin bisa datang
menemuimu. Bersabarlah! Ini
masih bulan Maret, kan? Entahlah,
mungkin setengah tahun lagi aku
baru bisa menyapamu. Itu pun
jika Tuhan berkehendak.
Langit mulai menghitam. Suhu bumi turun dan menyisakan angin dingin. Tak kusangka, Tuhan mengabulkan doamu. Ya, jika Dia sudah berkehendak,
semuanya tak ada yang mustahil,
termasuk menemuimu di musim
seperti ini.
Dia lantas memerintahku untuk segera
memulai perjalanan untuk menemuimu. Diangkatnya sekumpulan air laut hingga
membentuk awan cumulus nimbus. Tak berapa lama, aroma petrichor menguar diiringi dengan gelegar petir untuk memberi tanda padamu bahwa sebentar
lagi aku akan hadir.
“Hujan!!” Kau memekik girang lalu berlari keluar rumah.
Kau bentangkan tanganmu lebar-
lebar untuk memelukku.
“Terimakasih Tuhan kau telah
datangkan hujan malam ini, karena hanya lewat hujanlah aku bisa mengenang Egas yang kini
sudah ada di pelukanmu,” ucapmu
dengan senyum mengembang.
Senyum yang sudah entah berapa
lama hilang dari wajahmu.
Ah, akhir perjalananku yang indah. Semoga kau tak bosan untuk kembali menungguku.
No comments:
Post a Comment