Pages - Menu

Friday, April 25, 2014

Thanks For All is My Family

Ruang itu...
Senang, sedih, tawa, tangis, dan perjuangan ada disana...
Rasa yang tak terukir yang tidak dapat diungkapkan, hanya dalam rangkaian huruf yang membentuk suatu kata, yang terangkai kemudian membentuk sebuah kalimat...

Rasa itu...
Hanya satu kata yang tepat menggambarkannya, yaitu keluarga...
Menggambarkan sebuah persatuan tanpa
dinding...

Keluarga itu...
Yang membuat saya masih terus dapat
berdiri tegar hingga detik ini, membuat saya masih dapat menghirup nafas, walau sesak yang terasa. Yang membuat saya sampai di titik ini dan masih terus melangkah ke depan, walau kerikil semakin membesarkan ukurannya.
Yang memberikan semangat selalu untuk
duduk di sini...

Mereka itu...
Yang membuat saya mampu menjadi saya. Membuat saya berani. Membuat saya kembali bersemangat ketika kelelahan merasuk di diri. Yang membuat saya kembali tersenyum ketika kesedihan melanda hidup. Yang memarahi saya ketika saya mulai
mengeluh, namun tidak pernah lelah
mendengarkan keluhan saya.
Yang selalu mengingatkan saya di setiap
langkah yang harus saya tempuh agar saya tidak tersesat. Yang mengajari saya menghadapi kejamnya dunia agar saya mampu bertahan hidup, membuat saya merasa sangat tidak mampu mengecewakannya. Namun, terkadang kekecewaan itu selalu ada.

Dan...
Hanya karna ketulusan mereka ada, karna Yang Kuasa mereka ada, karna ruang, rasa, serta keluarga mereka ada.

Hanya ini yang mampu saya tuliskan...
Dan hanya karna mereka lah saya masih tetap bertahan...

Terimakasih...
Satu kata yang mungkin tak mampu
memberi arti...
Satu ungkapan yang mungkin tak dapat
mewakili, telah memberikan semua kepada saya, telah menjadikan semua seperti ini, tak ternilai dan tak terganti seluruh jasa.

Sayang.....
Enam huruf sejuta arti...
Satu kata penuh makna...
Persembahan dari hati...
Untukmu keluarga...

:')   :')   :')   :* 

Wednesday, April 23, 2014

Keraguan

Seketika...
Aku mulai lelah berdiri diatas keragu-
raguan diatas semua ini, mungkin bagimu semua hal begitu indah dan jauh lebih mudah. Jauh lebih mudah ketika kita memandang jauh ke atas.

Bukankah mereka begitu indah???
yang kurasa wajar, bahkan sangat wajar. Karna mereka memang punya Cahaya-
Nya untuk itu.

Mentari kinipun tenggelam. Seperti malam diatas sinar rembulan. Cahayanya samar sekali bahkan dibawah
cahaya temaram, menyibak kekuatan malam yang terbawa oleh hembusan angin - malam.
Denting-denting itu masih saja berbunyi
riang. Menyibak kekuatan, malam.
Apakau masih terjaga seperti waktu kau
sapa sang malam???

Mengapa Tuhan ciptakan siang dan malam???
Biar mereka berpasangan???

Gelas-gelas kaca bening itu telah penuh
terisi air, sudah melimpah bahkan.

Cahaya di kegelapan malam menyoroti
semua tingkah. Seketika, aku merasa senang. Tapi seketika itu pula, kurasa lelah yang berkepanjangan.
Merehatkan badan sejenak mungkin akan
jadi lebih baik, pikirku.

Tapi, Aku akan ingat kembali rasa yang mungkin tertanam di pikiran dan hatiku.

###

Semua pikiran manusia tak akan pernah sama, tak akan pernah sejalan bisa jadi
dalam satu kepala.
Tak bisa seketika menjadi cahaya yang
terang benderang disaat kelam....

*Ah sudahlah, nggak jelas malam ini aku nulis apaaan...
*Tulisan ini mah cuma pelarian kala pikiran lagi RUWET.
LOL... :D  ;D

Keraguan

Seketika...
Aku mulai lelah berdiri diatas keragu-
raguan diatas semua ini, mungkin bagimu semua hal begitu indah dan jauh lebih mudah. Jauh lebih mudah ketika kita memandang jauh ke atas.

Bukankah mereka begitu indah???
yang kurasa wajar, bahkan sangat wajar. Karna mereka memang punya Cahaya-
Nya untuk itu.

Mentari kinipun tenggelam. Seperti malam diatas sinar rembulan. Cahayanya samar sekali bahkan dibawah
cahaya temaram, menyibak kekuatan malam yang terbawa oleh hembusan angin - malam.
Denting-denting itu masih saja berbunyi
riang. Menyibak kekuatan, malam.
Apakau masih terjaga seperti waktu kau
sapa sang malam???

Mengapa Tuhan ciptakan siang dan malam???
Biar mereka berpasangan???

Gelas-gelas kaca bening itu telah penuh
terisi air, sudah melimpah bahkan.

Cahaya di kegelapan malam menyoroti
semua tingkah. Seketika, aku merasa senang. Tapi seketika itu pula, kurasa lelah yang berkepanjangan.
Merehatkan badan sejenak mungkin akan
jadi lebih baik, pikirku.

Tapi, Aku akan ingat kembali rasa yang mungkin tertanam di pikiran dan hatiku.

###

Semua pikiran manusia tak akan pernah sama, tak akan pernah sejalan bisa jadi
dalam satu kepala.
Tak bisa seketika menjadi cahaya yang
terang benderang disaat kelam....

*Ah sudahlah, nggak jelas malam ini aku nulis apaaan...
*Tulisan ini mah cuma pelarian kala pikiran lagi RUWET.
LOL... :D  ;D

Di balik Bilik Hati

Cobalah melihat satu sisi dibalik
bilik hatiku...!!!
Ia terlihat begitu rapuh, begitu
naif, ia gersang, karena kemarau
tanpamu
Kau melihatnya???

Ia tertampak tuna karena kaulah
indranya
Apakah kau juga menatapnya???

Cobalah rasakan debaran yang meringkih begitu melekat memilu, debaran yang kicauannya indah jika kau yang mendebarkannya. Terpadu menjadi sebuah harmoni, atas simfoni untukmu dan karenamu...
Apakah kau merasakannya???

Satu tatapan itu, menciptakan satu
debaran yang elok...
Apakah kau juga merasakannya???

Cobalah dengarkan ratapan pinta
yang memelas! Meminta kehadiran hatimu. Mendampinginya disingganasana
hatinya...
Apakah kau mendengarnya???

sebuah pinta kecil, tapi istimewa
untukmu yang berharga untuknya, untuknya selaku hatiku...
Apakah kau juga merasakannya???

Itulah yang terlihat, yang kau rasakan dan yang kau dengarkan di balik bilik hatiku. Ia telah menghambakan sekaligus
menghampakan hatinya hanya untuk hatimu...
Dan dengan hanya untukmu, pemilik hatimu dan juga menyertakan hatiku.

                              24 Mei 2012

Tuesday, April 22, 2014

Ceritaku Pada Senja

Di pertengahan tahun (bukan pertengahan, karena masih menginjak bulan ke'4 di tahun 2014) Aku sadari jalan hidup ini tak selalu liniar. Ada pendakian, tanjakan, dan penurunan
Laksana perjalanan kita menuju puncak
sebuah bukit…

Kelelahan terkadang menghampiri dan
hampir membuatku berputus asa, tapi ku sadar, Aku harus bangkit untuk teruskan perjalanan panjang, yang akan berakhir jika lonceng nyawa Sang Pemilik sudah berbunyi, tanda aku harus menghadap-NYA.

Hanya Sang Pemilik yang mampu berikan kesabaran terindah, ketika hati ini tak kuasa menahan getir dan perih.

Untuk asa, rasa yang telah pergi karena
keterpaksaan, berjuanglah tuk dapatkan!
Walau dengan syarat yang mengharuskan, bukan mengharuskan untuk lakukan.

Tapi ini seharusnya dilakukan, meruntuhkan ego. Ucapkan Maaf atas kesalahan, lalu pada siapa?
Sang asa dan rasa yang ada pada hatimu
lah yang akan menuntun untuk temukan jawabnya.
Siapa???

Atau aku hanya menunggu keajaiban
datang??? TIDAK, Nggak ada keajaiban di dunia ini. Semua butuh proses, usaha dan doa untuk mewujudkannya. Ya, setidaknya itulah pemikiranku selama ini.

Menyatukan asa, rasa tuk kembali bersemi, lalu kapan? aku tak pernah tahu jawabnya.
Harapku, sebelum lonceng nyawaku
berbunyi

Semoga saja.
آمِيّنْ… آمِيّنْ… يَ رَ بَّلْ عَلَمِيّنْ

       Suryalaya, 22 April 2014.

Mentari (Pagi)

Kenapa harus mentari pagi ???

Karena mentari pagi itu hangat.
Setiap hari, ia membawa kehangatan dan
kedamaian bagi seluruh penduduk bumi, ia selalu terlihat ikhlas setiap kali
membangunkan umat manusia

Ia selalu tersenyum saat menyapa pagi.
Ia bersinar lembut di tengah birunya subuh.
Ia tidak terik, tidak menyengat, ia tidak dingin, juga tidak membekukan.

Dia lah mentari pagi, bagiku mentari pagi bukan pernyataan bahwa ia lah cerminan diriku, tapi aku menjadikannya doa, harapan, cita-cita dan mimpi...

Monday, April 21, 2014

Biarlah sang Waktu yang Menjawab

Pahit benar kalau dirasa baik-baik. Tidak ada rasa yang sebaik ini jika kita hanya berdiam diri. Renung-renung malam sepi dalam untaian nada tak bersuara hanya merintih, menangis, sedih, luka bagai terkulai lemas. Aku dan jiwaku terpaku dalam nada-nada yang tak bisa di ungkapkan kata demi
kata, bait demi bait, dan alur demi alur.
Cerita panjang yang akhirnya kandas dalam perjuangan sesaat.

Melawan taqdir adalah hal yang paling tidak mungkin dilakukan oleh seorang manusia tidak berdaya seperti kita, mengubah arangbmenjadi api, mengubah debu menjadi asap, mengubah angin menjadi hujan, mengubah air mata menjadi tawa.
Semua itu adalah hal-hal tersulit yang tak dapat di tembus akal manusia seperti kita.

Berjuang untuk hidup atau berjuang untuk berkuasa???

Hari yang satu dengan hari yang lain telah berlalu dalam mutiara pujangga harahab, melantunkan berkat demi keindahan sesaat, membawa pahit duka nestapa yang begitu mendalam. Merubah alur menjadi jalan panjang yang tak berketentuan arah.

Berontaklah, anestesia! Berontaklah! Dalam dawai yang tersendak dari dulu mati.
Bergumam dalam nyanyian arwah yang tak pernah terdengar dan terasa dari hati setiap manusia yang mati.

Aku dan perjalanan hidupku kini mulai melarikana diri dalam hutan-hutan cemoohan, huta-hutan hinaan,
hutan-hutan makian dan perulangan yang
tak dapat dipungkiri baik atau buruknya.

Aku dalam aku kian makin marak bertanya dalam dengki dan dendam. Mengubah katabmaaf menjadi bencana panjang. Aku tak sanggup membawa semua beban yang terkulai lebar sendiri, membawa lari darah yang membawaku dalam ajal kematian.

Tapi,,, kini kesadaranku mulai nyata adanya, bahwa aku dalam hidup ini harus yakin akan merpati putih yang baik dan penuh tanya, memaafkan semua, membuatnya menjadi indah pada waktunya.

Berlarilah dengan mulia dalam hidup yang penuh dusta nestapa, berlarilah dengan membawa kehancuran yang tak kunjung datang.
Yakinilah! semua berubah dengan indah dan nikmat, penuh rasa, penuh suka cita, baik cepat atau lambat, kelak dunia
akan membuktikan kebenaran mutlak yang tak terelakan.

Monday, April 14, 2014

Ah Bisa Apa?

Jika tipe pacar idamanmu adalah pemuda kuliahan, lalu aku yang hanya lulusan SMK ini bisa apa?

Jika tipe pacar idamanmu adalah anak
ABG yang suka nongkrong ke mall, lalu
aku yang anak rumahan, kuper, suka membantu orangtua ini bisa apa?

Jika tipe pacar idamanmu adalah Cowok
yang suka ajojing ke diskotik, lalu aku yang hanya mampu senam SKJ ini bisa apa?

Jika tipe pacar idamanmu adalah Cowok terong-terongan, lalu aku yang pendiam ini bisa apa?

Jika tipe pacar idamanmu adalah Iqbal Coboy Junior, lalu aku yang mirip Afgan ini bisa apa?

Jika tipe pacar idamanmu adalah ABG
yang suka nonton Suka Suka Uya, lalu
aku pemuda yang suka nonton Liputan6 ini bisa apa?

Jika tipe pacar idamanmu adalah Pemuda yang suka dengerin Wali dan D’Bagindas, lalu aku yang suka dengerin Koes Ploes ini bisa apa?

Jika tipe pacar idamanmu adalah ketua Osis, lalu aku yang Siswa urakan ini bisa apa?

Jika tipe pacar idamanmu adalah guru
honorer fisika, lalu aku yang mahasiswa abadi ini bisa apa?

Jika tipe pacar idamanmu adalah pekerja kantoran, lalu aku yang cuma seorang kuli ini bisa apa?

Jika tipe pacar idamanmu adalah yang
berkulit putih merona memakai shinzui, lalu aku yang hitam legam ini bisa apa?

Jika tipe pacar idamanmu adalah pemuda bertato dan bertindik, lalu aku yang hanya memiliki hapur dan rorombeheun ini bisa apa?

Jika tipe pacar idamanmu adalah yang
berwajah mulus tanpa jerawat, lalu aku
yang berwajah hinyai penuh minyak ini bisa apa?

Bisa apa coba?

Bisa apa?

Ah Sudahlah. Da aku mah apaaa
atuh....mobil juga nggak punya, motor juga masih kredit, apartemen tiga cuma mimpi, Aku masih aja ngarepin kamu??

               Panumbangan, memory 2010.

Rindu Hujan

Kau tahu kenapa lelaki itu merindukan
hujan? Karena siang yang dilewatinya
begitu gerah, memaksanya mengusap peluh bercampur debu dari jalanan riuh tempatnya berdiri.
Siang yang membuatmu merasa
nyaman berteduh di ruang-ruang ber AC untuk sekedar nonton TV.

"Betapa sejuk hari yang kau lewati siang itu".

Itulah kenapa ia begitu menikmatinya, ketika rinai hujan membasahi rambut, wajah bahkan tubuh telanjangnya yang kering.

Rintiknya yang turun dan membelainya
dengan lembut, membuka ingatannya pada
masa-masa kecil yang terbiasa berlari tanpa mengenal beban. Tak peduli pada ibu yang melarangnya karena khawatir.

Terus saja ia berlari di bawah guyurannya, melompat, bergulung pada tanah basah yang berlumpur.
Menyiprati tubuhnya tanpa merasa bersalah. Bermain-main kepada petir, mengejar dan menghindarinya dengan hanya sedikit rasan takut kilat bisa menyambar tubuh mungilnya. Ia menikmati permainannya, menari bersama imajinya.

"Betapa rindunya kita, kau dan aku menikmati dunia kecil itu"

Lelaki itu merasa sepertinya hidup telah
mempermainkannya. Apa yang dikejar telah pula menghindar darinya. Ia mencoba menjauh, bergulung pada garis tangan yang ia genggam, sesekali menari tak peduli pada luka yang menyipratinya. Hingga ia benar-benar tahu kekhawatiran ibunya dulu membuat ia sadar tentang sebuah kesalahan dan mengajarinya tentang pinta dan
kerelaan.
Ia kembali mengagumi hujan, meski
rinainya yang lembut sepertinya mulai
marah dan berani menumbangkan pohon-
pohon yang menggelayut kering yang mulai beradu tempat dengan gedung tinggi dan menara-menara sombong. Ia tak berani berbalik marah. "Barangkali memang bukan salah hujan".
Barangkali pula hujan yang turun
membasahi tanah, rintik rinainya yang jatuh akan memberikan kabar gembira dan meleburkannya pada masa-masa yang ia rindukan.

Sekedar berharap ia bisa melihat warna pelangi usai rinainya turun, dari bias
cahaya yang membelok membentuk busur pada langit yang membiru. Menjadikannya anak panah yang melesat mengejar spektrum warna mimpi-mimpinya.

Sunday, April 13, 2014

Sepenggal Kisah

Sepanjang jalan meninggalkan jejak cerita yang ditinggalkan oleh dua insan yang tengah meradang hatinya.
Ini menjadi cerita bagiku, cerita yang kau torehkan beberapa waktu lalu saat kita berlalu melewati jalanan malam dalam rinai hujan untuk mengantarkanku pulang.

Sepanjang jalan yang kita lalui meninggalkan bekas licin karena rinai hujan yang begitu derasnya, di sepanjang jalan pula dingin terasa begitu menusuk tulang, jarum-jarum hujan membasahi kain yang kita kenakan, dinginya begitu menembus tulang. Tapi dingin itu sudah tak terasa bagiku.

Di sepanjang jalan pula kereta api berlalu meninggalkan dengungannya, membuat ocehan yang kutujukan padamu tersamarkan, saat asap kendaraan menyatu dengan udara malam membuat udara terasa sesak, saat rembulan mengalami hal sama yang dialami
dua insan yang tengah berlalu di sepanjang jalan ini, meradang, hingga tak berani menunjukkan sinarnya. Bintang, juga tengah gundah hingga ikut tak memancarkan sinar kemilaunya.
Ya... sepertinya suasana malam ini sama dengan perasaan yang tengah aku rasakan, Gundah.

Awan hitam pekat tengah menyelimuti malam ini, dan mega mendung tengah menyelimuti perasaanku.
Memang terkadang alam bersahabat dengan manusia. Buktinya bulan dan bintang tengah bersahabat dengan hatiku saat ini.

Guratan sinarnya tampak tak begitu jelas. Hanya remang-remang saja. Seperti tersenyum, tapi kecut senyumnya. Tak jelas apa maknanya. Kadang muncul, kadang hilang. Muncul saja hanya beberapa saat, tak lama
lagi setelah itu menghilang.

Ingin rasanya mulutku berkata tetaplah
disini bersamaku dan menjadi raja di
singgasana hatiku. Biarkan dinginnya malam ini semakin menambah suasana tenang hatiku saat berada di dekatmu.

Walau terkadang tetes air mata ini jatuh bergulir membasahi pipiku lalu turun ke pundakmu dan membasahi t-shirt beludru yang kau kenakan. Tapi, apa kau merasakan itu?

Rasa hangat atau dinginnya buliran air
mataku. Air mata yang menginginkan
jawaban dari sebuah penantian yang terasa amat membosankan. Sebab hati dan mata ini telah lelah karena kerap kali meneteskan buliran air mata dan menahan rasa sabar.

Katamu, Aku seperti anak kecil, manja dan egois. Tapi memang itulah aku, aku masih perlu dirimu untuk membimbingku melewati masa yang penuh liku ini. Membiarkanmu berada di dekatku selalu akan menghalau
jatuhnya buliran air mata ini.

Setidaknya begitu!